Beirut – Unit 8200 di badan intelijen Israel berperan dalam operasi pembunuhan Hassan Nasrallah, sekretaris jenderal partai politik dan paramiliter Lebanon, Hizbullah, pada Jumat, 27 September 2024. Namun, butuh upaya bertahun-tahun bagi unit tersebut untuk menembus pertahanan Hizbullah yang tertutup rapat.
Sejak 2006, Unit 8200 memata-matai komunikasi dan memantau sebaran anggota kelompok itu secara intensif melalui satelit dan pesawat nirawak. Salah satu tantangan intelijen Israel adalah sistem komunikasi Hizbullah yang tradisional sehingga tak bisa diakses oleh teknologi pengintaian canggih milik Negeri Yahudi.
Brigadir Jenderal Munir Shehadeh, mantan koordinator pemerintah Lebanon untuk Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon (UNIFIL) dan bekas kepala mahkamah militer, mengatakan bahwa kemampuan sistem spionase Israel melampaui Hizbullah. Namun, Israel juga punya banyak kelemahan. Contoh paling nyata, hingga setahun perang berlangsung di Gaza, Israel belum bisa mengungkap lokasi para tawanan Hamas berada.
Shehadeh para pemimpin Hamas mengetahui kelemahan itu. Mereka kemudian melawan Israel dengan menggunakan metode lama yang tidak bertumpu pada teknologi maju. Mereka kembali menggunakan sistem komunikasi tradisional seperti surat dan pesan lisan ketimbang telepon genggam.
Metode Hamas ini, yang disebut “kuno” oleh ahli keamanan Lebanon itu, membuat arus komunikasi mereka lambat. Misalnya, Yahya Sinwar, pemimpin Hamas, baru menerima jawaban atas pesan yang dikirimnya empat hari kemudian.
Hizbullah pun demikian. Menurut penjelasan Brigadir Jenderal Purnawirawan Fadi Daud, bekas komandan Angkatan Bersenjata Lebanon, Hassan Nasrallah menolak menggunakan telepon pintar dan bahkan telepon kabel. Ulama Syiah Lebanon itu menggunakan sistem telekomunikasi khusus yang di dunia militer disebut “telepon lapangan”, alat komunikasi yang terhubung di lingkaran orang-orang tertentu dalam sebuah jaringan privat.
Demi keamanan, kata Daud, Nasrallah juga tak menonton televisi karena khawatir terhadap “operasi mata-mata teknologi”. Dia mendapatkan berita melalui pesan yang disampaikan orang-orang yang sangat dekat dengannya.
Keadaan berubah setelah perang sipil di Suriah pada 2012. Saat itu Hizbullah mengirim pasukannya untuk membantu Presiden Suriah Bashar al-Assad menghadapi perlawanan kelompok-kelompok pemberontak bersenjata, termasuk Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), yang menguasai sebagian besar Suriah timur dan Irak barat.
Perang Suriah itu mengungkap banyak sekali informasi tentang Hizbullah yang selama ini tertutup. Gara-garanya, anggota Hizbullah menggunakan alat komunikasi seperti telepon pintar, radio, dan gawai nirkabel, yang mudah dipantau Israel.
Hizbullah juga terus menerus menerbitkan informasi secara terbuka tentang para pejuangnya yang terbunuh. Justru hal ini mengungkapkan informasi pribadi mereka. Bahkan, Hizbullah juga mempublikasikan para petingginya yang menghadiri pemakaman para pejuang mereka.
Berbagai informasi itu memungkinkan intelijen Israel memetakan profil para operator Hizbullah, termasuk para pemimpinnya. Israel kemudian mempersempit targetnya dengan meretas perangkat komunikasi anggota Hizbullah, dan terkadang telepon seluar para istri mereka. Peretasan ini membuat mereka dapat melacak pergerakan orang-orang Hizbullah.
“Mereka berubah dari orang yang sangat disiplin dan puritan menjadi seseorang yang membiarkan lebih banyak orang masuk daripada seharusnya,” kata Yezid Sayigh, peneliti senior di Carnegie Middle East Center.
Mata-mata Israel juga melacak pergerakan para pemimpin Hizbullah dengan meretas kamera keamanan di Lebanon dan membaca odometer mobil mereka. Dengan cara ini, bila rutinitas mereka menyimpang, maka Hizbullah dapat diperkirakan akan segera melakukan serangan.
Pekerjaan intelijen Israel didukung satelit mata-mata, pesawat nirawak canggih, dan kemampuan peretasan siber yang mengubah ponsel menjadi alat penyadap. Bila seorang anggota Hizbullah teridentifikasi, pola pergerakan hariannya dimasukkan ke dalam basis data informasi mereka. Basis data ini bersumber dari banyak perangkat, termasuk ponsel yang telah diretas, pesawat nirawak yang terbang di atasnya, rekaman kamera CCTV yang yang kebetulan dlewati, bahkan suaranya yang terekam pada mikrofon kendali jarak jauh TV modern.
Baca: Pemimpin Hizbullah dan Deputi Garda Revolusi Iran Tewas dalam Serangan Israel
Proses ini membutuhkan kesabaran. Pelan-pelan mereka mulai dapat mengidentifikasi Hassan Nasrallah. Israel sendiri disebut sudah lama mengetahui soal markas Hizbullah di ruang bawah tanah di kawasan Dahieh, Beirut selatan, tempat para pemimpin Hizbullah sering rapat.
Pada Jumat malam, 27 September 2024, pesawat-pesawat Israel menjatuhkan bom berkekuatan tinggi untuk menembus ruang bawah tanah itu. Nasrallah dan para pemimpin Hizbullah yang tengah berkumpul pun tewas.
Munir Shehadeh menyatakan operasi itu tak akan berhasil tanpa dukungan pihak lain. “Israel tidak akan berhasil dalam operasi ini tanpa dukungan keamanan dan perolehan informasi intelijen dari negara-negara Barat seperti Amerika Serikat dan Inggris,” katanya. Namun, Amerika membantah bahwa mereka mengetahui atau berperan dalam pembunuhan Nasrallah.
Fadi Daud juga menilai ketepatan serangan Israel itu sulit dicapai tanpa ada seseorang yang membantu memastikan lokasi Nasrallah. Israel disebut-sebut diberitahu oleh seorang mata-mata Iran tentang kedatangan Nasrallah ke markas tersebut beberapa jam sebelum serangan terjadi.[]
Komentar
Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy