Jakarta – Peristiwa yang menimpa Vina dan Eky terjadi di Cirebon. Keduanya ditemukan tidak bernyawa di jembatan fly over Desa Kepongpongan, Kecamatan Talun pada Sabtu, 27 Agustus 2016.
Awalnya, polisi menyimpulkan Vina dan Eky korban kecelakaan lalu lintas. Keduanya diduga kehilangan keseimbangan dan menabrak tiang listrik. Namun, polisi curiga lantaran adanya luka tidak wajar di tubuh Eky. Polisi juga menerima laporan terkait peristiwa sebelum Vina dan Eky tewas.
Setelah diselidiki, Vina dan Eky dinyatakan tewas akibat dianiaya oleh Geng Motor Moonraker berdasarkan bukti dan kesaksian teman-temannya. Polisi pun menangkap delapan anggota Moonraker, sedangkan tiga orang lainnya masih diburu hingga saat ini.
Ketika diperiksa, para pelaku mengaku melakukan penganiayaan karena dipicu dendam lama. Peristiwa itu berawal ketika kedua korban dan rekan-rekannya mengendarai sepeda motor di depan SMP 11 Kali Tanjung, kemudian Geng Motor Moonraker melempar batu ke arah mereka.
Korban dan rekan-rekannya pun melarikan diri, tetapi dikejar oleh para pelaku. Sementara rekan-rekan korban melarikan diri, para pelaku memepet dan menghantam Eky yang membonceng Vina dengan bambu hingga tersungkur di aspal.
Selanjutnya, para pelaku membawa kedua korban ke depan SMP 11 Kali Tanjung. Eky dikeroyok dan Vina diperkosa secara bergilir oleh para pelaku, lalu keduanya dianiaya dengan batu dan pedang samurai hingga meninggal dunia.
Untuk menghilangkan jejak, para pelaku meninggalkan kedua korban di jembatan fly over seolah-olah korban lalu lintas. Atas tindakan, pelaku dikenakan pasal berlapis sesuai peran masing-masing dengan ancaman hukuman minimal 20 tahun.
Kenangan Ayah dan Ibu
Wasnadi, 55 tahun, tak kuasa kala mengingat peristiwa yang dialami putrinya. Ia ingat betul kala melihat langsung bagaimana detik-detik Vina menghembuskan napas terakhirnya. Saat itu, Wasnadi melihat putrinya saat berada di rumah sakit.
“Waktu itu saya dapet informasi jam satu malem. Ada saudara yang ngasih kabar. Posisi Vina waktu itu sudah di rumah sakit,” ujarnya Rabu, 15 Mei 2024.
Wasnadi bergegas ke rumah sakit. Dia melihat putri kesayangannya menghembuskan napas terakhir. Vina meninggal di pelukan sang ayah dengan kondisi penuh luka. “Kodisinya sudah parah. Waktu saya lihat kondisi masih bernapas, mungkin sekitar satu menit. Habis itu udah nggak ngasih respons. Saya panggil-panggil udah nggak ngasih respon,” ujar pria yang berprofesi sebagai nelayan ini.
“Waktu itu dia saya peluk. Waktu itu saya sendiri juga hampir pingsan, karena memang nggak kuat. Sedih,” ucap Wasnadi saat mengenang putri kesayangannya itu.
Sementara Sukaesih, 49 tahun, masih menyimpan sikap Vina semasa hidupnya. Menurut Sukaesih, putri bungsunya itu merupakan pribadi yang pendiam dan banyak menghabiskan waktu di rumah.
“Anaknya pendiam. Kalau nggak diajak sama temennya ya paling di rumah aja. Kadang diajak juga, kalau dianya lagi nggak mau ya nggak mau. Di rumah aja,” ujar Sukaesih.
Vina juga anak yang manja. Sikap manja itu kerap ditunjukkan terhadap orang tua, kakak, hingga neneknya. “Anaknya sih manja sama neneknya, sama kakaknya. Kalau ibu pulang juga dia manja. Vina anak bungsu dari empat bersaudara,” kata Sukaesih.
Hingga kini, Sukaesih sendiri masih menyimpan foto-foto dari putri bungsunya itu. Salah satunya foto yang masih tersimpan di telepon genggam miliknya.
Keluarga Berharap Pelaku Segera Ditangkap
Wasnadi dan Sukaesih maupun keluarga Vina yang lain berharap polisi menemukan tiga pelaku pembunuhan yang masih buron. Ketiganya adalah Andi, Dani, dan Pegi alias Perong.
Kakak Vina, Marliayana mengatakan, dengan adanya film ‘Vina: Sebelum 7 Hari’, ia berharap kasus yang menimpa adiknya bisa kembali mendapat perhatian.
“Katanya kan Polda (Jabar) sudah bergerak, nah keluarga (Vina) sedikit senang. Berarti nggak sia-sia kita menyetujui untuk dibuat film. Kalau keluarga inginnya (pelaku) cepat ketangkap, cepat diadili,” ucap Marliyana, Rabu.
Baca Juga: Ini Sinopsis Film ‘Vina: Sebelum 7 Hari’ dan Jadwal Tayang di Bioskop
Polda Jabar memang sudah menyampaikan komitmennya untuk memburu ketiga DPO itu. Tapi, tantangan yang dihadapi sekarang adalah polisi belum mengetahui apakah nama ketiga buronan tersebut merupakan identitas asli atau samaran.
Kondisi serupa juga turut disampaikan keluarga Vina. Marliayana mengatakan, sampaikan sekarang belum mengetahui identitas lengkap dari para pelaku yang masih buron. Baik alamat lengkap maupun tampang dari para pelaku itu.
“Sebelum dibuat film, itu nggak ada informasi (tentang pelaku). Nggak ada informasi mukanya kaya gimana, alamatnya di mana. Yang saya tahu cuma nama sama umur saja,” ucap Marliyana.
Saat ini, Marliyana pun sangat berharap agar pihak kepolisian dapat segera menangkap tiga pelaku pembunuhan Vina yang hingga kini masih buron. Marliyana berharap agar para pelaku dapat diadili atas perbuatan yang mereka lakukan. “Harapan saya (para pelaku) cepat ketangkep dan cepat diadili,” pungkasnya.[](Detik)
Komentar
Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy