Wajah Krueng Aceh Dulu dan Kini

Krueng Aceh Dishub Aceh
Aliran Krueng Aceh dengan Jembatan Pante Pirak di atasnya. Foto: Dok Dinas Perhubungan Aceh

Krueng Aceh yang membelah Banda Aceh di masa lalu merupakan pusat perekonomian negara. Secara geografis, pada masa kejayaan Kerajaan Aceh Darussalam, Krueng Aceh dikenal sebagai salah satu sungai tersibuk.

Sungai itu menjadi jalur utama keluar masuknya kapal-kapal dagang dari berbagai penjuru mata angin. Di sepanjang alirannya, kapal-kapal dari Timur Tengah, India, Cina, hingga Eropa silih berganti berlabuh, mengangkut komoditas dari kawasan pedalaman Aceh yang sulit dijangkau melalui jalur darat. Rempah-rempah seperti lada, cengkeh, dan pala mengalir keluar melalui sungai ini, memperkuat posisi Aceh sebagai pusat perdagangan dunia.

Mengutip laman bandaacehtourism.com, Krueng Aceh membentang sepanjang 145 kilometer dari hulu di Jantho, Aceh Besar, hingga bermuara di Gampong Jawa, Banda Aceh, di bibir Selat Malaka. Beberapa sungai lainnya di Banda Aceh dan Aceh Besar, seperti seperti Krueng Seulimum, Krueng Jreue, Krueng Keumireu, Krueng Inong, Krueng Leung Paga, dan Krueng Daroy, bermuara ke Krueng Aceh.

Seiring berjalannya waktu dan perkembangan infrastruktur transportasi darat maupun laut, peran Krueng Aceh sebagai jalur vital perdagangan kini hilang sama sekali.

Sekarang, Krueng Aceh lebih dikenal sebagai destinasi wisata yang menawarkan keindahan alam sekaligus warisan sejarah. Aktivitas aliran sungai yang tergolong ramai dilalui perahu nelayan hanya dari muara hingga Jembatan Lamnyong. Di situ, perahu-perahu nelayan singgah sebentar membongkar muatan sebelum kembali melaut.

Sementara dari jembatan itu ke hulu, Krueng Aceh nyaris sepi dari aktivitas. Hanya satu dua perahu nelayan yang lewat. Selebihnya, para pemancing.

Fungsi utama Krueng Aceh kini lebih sebagai penyalur air ke area persawahan yang masih terdapat di beberapa kawasan sekitar hulu. Selain itu, menjadi tempat menampung air kiriman dari kaki Gunung Seulawah agar Banda Aceh tidak kebanjiran.

Di hulu Krueng Aceh, ada Waduk Keuliling yang kini juga menjadi salah satu destinasi wisata. Waduk ini berada di kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar. Selain itu, di aliran Krueng Aceh, pemerintah telah membangun bendungan karet, tepatnya di Gampong Jurong Peujeura, Aceh Besar.

Bendungan yang sedang direhabilitasi itu berfungsi sebagai sistem pengendali banjir dan sumber air baku bagi perusahaan air minum pelat merah di Banda Aceh serta Aceh Besar.

Walaupun fungsi vitalnya telah hilang, Krueng Aceh tetap dikenang sebagai warisan lanskap geografis tentang simbol perjalanan sejarah Aceh dan kehidupan masyarakatnya. Dari jalur perdagangan internasional pada masa kejayaan Kerajaan Aceh Darussalam hingga fungsinya kini beralih menjadi tempat melepas penat.[]

Komentar

Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy