Banda Aceh – Komisi VII Bidang Keistimewaan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) menggelar rapat kerja dengan pimpinan Mahkamah Syar’iyah Aceh, di Ruang Rapat Badan Musyawarah DPR Aceh, Rabu, 5 Februari 2025.
Rapat ini bertujuan untuk memperkuat komitmen DPR Aceh dalam mendukung program- program Mahkamah Syar’iyah sebagai lembaga Peradilan Syariat Islam di Aceh.
Ketua Mahkamah Syar’iyah Aceh, Doktor H. Rafiuddin, mengatakan Mahkamah Syar’iyah merupakan salah satu win win solution dalam mengakhiri konflik masa lalu dengan dipenuhinya tuntutan penerapan hukum Islam di Aceh.
Pemerintah Pusat juga telah memberikan hak Otonomi Khusus kepada Mahkamah Syar’iyah Aceh melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 dalam bidang peradilan dan penegakan hukum Islam. “Namun, sejak lembaga ini diresmikan pada tahun 2003, Peradilan Syariat Islam ini tidak pernah dijadikan sebagai mitra strategis oleh DPR dan Pemerintah Aceh,” kata Rafiuddin dikutip pada Jumat (7/2).
Padahal, menurut Rafiuddin, Pemerintah Aceh telah memberikan kewenangan khusus untuk Mahkamah Syar’iyah menanggani perkara-perkara Jinayat (Pidana Islam) dan Muamalah (termasuk sengketa ekonomi syariah dan perbankan syariah) melalui Qanun Aceh yang disahkan oleh DPRA. Akan tetapi, dalam pelaksanaanya, Mahkamah Syar’iyah tidak pernah diberikan anggaran khusus oleh Pemerintah Aceh dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai lembaga Peradilan Syariat Islam di Aceh.
“Untuk itu, kami berharap agar ada kepedulian dari Komisi VII [DPRA] dalam menjaga dan merawat kekhususan Aceh ini ke depannya,” ucap Rafiuddin.
Sementara itu, Ketua Komisi VII DPR Aceh, Ilmiza Sa’aduddin Djamal menyatakan akan mendukung setiap upaya yang dilakukan Mahkamah Syar’iyah dalam penegakan hukum Islam di Aceh. Pihaknya juga akan menganggarkan anggaran yang proporsional dalam menjalankan tugas dan kewenangan yang telah diberikan DPR dan Pemerintah Aceh kepada lembaga peradilan tersebut.
Rapat ini turut dihadiri Wakil Ketua Mahkamah Syar’iyah Aceh, Doktor Basuni, Hakim Tinggi Mahkamah Syar’iyah Aceh, Doktor Munir, Doktor Amiruddin, Sekretaris Mahkamah Syar’iyah Aceh, H. Khairuddin, Ketua Mahkamah Syar’iyah Jantho, Doktor Muhammad Redha Valevi, Ketua Mahkamah Syar’iyah Sabang, Yusnardi, Ketua Mahkamah Syar’iyah Calang, Khaimi, Kabag Perencanaan dan Kepegawaian Mahkamah Syar’iyah Aceh, Mashuri, serta beberapa pejabat lainnya di lingkungan Mahkamah Syar’iyah.
Dari DPRA turut dihadiri Wakil Ketua Komisi VII Romi Syahputra, Zamzami, Muhammad Wali, Sutarmi, serta jajarannya.[]
Komentar
Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy