Banda Aceh – Makam ayah dan kakek Sultan Jamalul Amal Badrul Munir atau dikenal juga sebutan Poteu Jeumaloy kondisinya memprihatinkan. Kedua makam tersebut telah disemen dan di atasnya berdiri dapur bakso.
Menurut cucu Sultan Aceh, Cut Putri, saat Perang Aceh berkecamuk pada 1874, Belanda membuat peta wilayah Istana Kesultanan Aceh Darussalam yang bernama Darud Donya, yang di dalamnya juga memuat lokasi makam Poteu Jeumaloy.
Makam itu berada di tanah wakaf yang kerap dilakap Lampoh Teubee Poteu Jeumaloy. “Seiring waktu kawasan itu dikenal sebagai Taman Poteu Jeumaloy,” ujar Cut Putri dalam keterangan tertulis kepada Line1.News, dikutip Selasa, 6 Agustus 2024.
Taman Poteu Jeumaloy, kata Cut Putri, berada di kawasan Jalan Mohammad Jam Banda Aceh. Tepatnya di sebuah warung bakso MHH di belakang pertokoan jalan tersebut, dan bersisian dengan Kantor Kementerian Agama Banda Aceh.
Dari catatan manuskrip, tanah wakaf itu luasnya 390 langkah kali 100 depa. Sementara dalam manuskrip lain juga tercatat detail beberapa tanah wakaf Kesultanan Aceh Darussalam.
“Termasuk yang diperuntukkan khusus untuk kebutuhan kemaslahatan Masjid Raya Baiturrahman yang berada dalam kawasan Istana Darud Donya Aceh,” ujar Pemimpin Darud Donya Aceh tersebut.
Di Taman Poteu Jeumaloy, kata Cut Putri, ada empat makam yaitu makam Sultan Jamalul Alam, Pocut Wan Syarifah Aja Permaisuri (istri), Sultan Badrul Alam (ayah), dan Sayed Syarif Ibrahim (kakek).
Kondisi kekinian, tambah dia, nisan di makam Sultan Badrul Alam dan Sayed Syarif Ibrahim telah dicabut. Makam itu juga dilapisi semen dan persis di atasnya, kata Cut Putri, dibuat tungku dapur bakso.
Jasa dan Kiprah Poteu Jamaloy Membangun Kesultanan Aceh Darussalam
Dia berharap Pemerintah Aceh berkomitmen menyelamatkan situs sejarah tersebut sebab makam itu salah satu bukti berkembangnya peradaban Islam pada waktu itu.
“Perlu langkah bijaksana semua pihak untuk menyelamatkan dan memulihkan kawasan bersejarah Tanah Wakaf Taman Poteu Jeumaloy, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya,” tegas alumni Fakultas Kedokteran Universitas Pajajaran Bandung itu.
Cut Putri juga telah menyerahkan peta kompleks Makam Sultan Jamalul Alam yang dikutip dari salah satu manuskrip yang ditulis setahun sebelum Belanda menduduki Aceh.
“Jadi, pihak kesultanan sudah mempersiapkan untuk anak cucu kita dengan membuat kitab tentang sejarah makam tersebut. Mereka sudah tahu apabila ada penyerangan Belanda, sejarah Aceh akan hancur,” ujarnya.
Cut Putri menilai penyelamatan makam di kompleks itu perlu segera dilakukan. Terlebih lagi mengingat Sultan Jamalul Alam Badrul Munir juga keturunan Rasulullah Saw.
Sultan Jamalul Alam Badrul Munir naik takhta pada 1703 hingga 1726. Ia menjadi salah satu Sultan Aceh yang paling berpengaruh. Kedermawanannya dikenal luas. Poteu Jeumaloy berkuasa ketika Aceh bergejolak. Namun, ia berhasil memakmurkan kembali Aceh, memperkuat hukum, dan mengembalikan kejayaan Aceh Darussalam.
Komentar
Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy