Apa hukumnya shalat dengan menggunakan sajadah yang ada gambar masjid atau Ka’bah? KH Yahya Zainul Ma’arif yang lebih akrab disapa Buya Yahya punya penjelasan tentang ini. Terkait hal ini, Buya Yahya pertama-tama mengatakan bahwa umat Islam harus dilatih agar ketika salat tidak selalu memikirkan persoalan sajadah.
Sebab, kata Buya Yahya, tak sedikit orang yang masih menganggap sajadah sebagai hal wajib dalam salat. Padahal, selagi tempat salat suci dan bersih, maka salat pun tidak harus pakai sajadah.
“Kita ingin melatih setiap dari kita itu salat kita tidak harus mikir sajadah supaya tahu bahwasanya tempat bumi Allah semuanya suci, jangan sampai was-was dan sebagainya,” ujar Buya Yahya dikutip dari kanal YouTube Al Bahjah TV, Minggu, 23 Juni 2024.
Boleh-boleh saja menggunakan sajadah. “Biarpun pada dasarnya boleh kita buat alas,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Al-Bahjah Cirebon tersebut.
Namun, Buya Yahya mengajak orang-orang agar tetap memperhatikan sajadah yang digunakan. Contohnya, sajadah yang memiliki gambar atau motif tertentu.
Buya Yahya mengingatkan untuk waspada jika salat menggunakan sajadah dengan gambar masjid dan lain-lain.
“Dan pastikan adalah, sebisa mungkin sajadah Anda tidak ada gambar ukir-ukirannya, biar Anda tidak berhayal tentang lukisannya, gambarnya, tiangnya miring dan sebagainya,” ujarnya.
“Karena Nabi pernah menyingkirkan sesuatu di hadapannya yang bergambar,” lanjutnya.
Walaupun gambarnya Ka’bah ataupun masjid, tetap Buya Yahya mengingatkan bahwa itu bisa mengganggu kekhusyukan salat.
Misalnya, sepanjang salat terus memerhatikan tiang masjid di sajadah tersebut. Atau malah menghitung-hitung jumlah jendela pada gambar masjid itu. “Biarpun itu gambar Ka’bah, gambar ini dan sebagainya,” ujar Buya Yahya.
Namun, ini bukan berarti Buya Yahya mengatakan sajadah dengan gambar itu haram hukumnya. Maksudnya, lebih kepada menghindari agar tidak terganggu kekhusyukan salat.
“Ini masalah keutamaan, tidak perlu nanti ribut di rumah mengatakan haram, tidak sampai haram akan tetapi itu mengganggu kekhusyukan, sebaiknya dihindari,” terang Buya Yahya.
Kalaupun ingin menggunakan sajadah, Buya Yahya menganjurkan agar memilih yang polos tanpa ada gambar di dalamnya. Atau, jika memang ada gambarnya, pastikan salat dilaksanakan dengan khusyuk dan tak terganggu konsentrasinya.
“Kalau perlu alasnya adalah sesuatu yang polos, tidak ada warna-warninya, tidak ada gambar-gambarnya.”
Buya Yahya memiliki nama lengkap Yahya Zainul Ma’arif Jamzuri. Ulama kelahiran Blitar, 16 Rajab 1393 H atau 10 Agustus 1973, ini sekarang mengasuh Pondok Pesantren Al-Bahjah yang dirintis sejak 2006. Buya Yahya mengenyam pendidikan antara lain di Pondok Pesantren Al-Falah Kolomayan, Blitar, Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah (Dalwa), Bangil-Pasuruan, dan di Hadramaut, Yaman. Buya Yahya mendapatkan gelar Profesor Honoris Causa (H.C.) dalam bidang Hukum Islam di Universitas Negeri Sultan Agung (UNISSULA) Semarang.[]


Komentar
Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy