Khutbah Jumat: Hikmah Diutusnya Para Nabi

Ilustrasi berdoa
Ilustrasi berdoa

Jamaah salat Jumat yang dimuliakan Allah

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita berbagai macam kenikmatan sehingga kita dapat memenuhi panggilan-Nya untuk menunaikan shalat Jumat. Nikmat yang harus digunakan dalam rangka memenuhi syariat yang telah ditetapkan-Nya.

Shalawat beserta salam, mari kita haturkan bersama kepada Nabi Muhammad SAW, juga kepada para keluarganya, sahabatnya, dan semoga melimpah kepada kita semua selaku umatnya. Aamiiin ya Rabbal ‘alamin.

Jamaah salat Jumat yang dimuliakan Allah

Tujuan umat manusia diciptakan di dunia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Dalam beribadah kepada Allah, umat manusia tentu memerlukan junjungan dan pedoman agar tidak tersesat di jalan yang salah. Oleh karenanya, salah satu hikmah diutusnya para Nabi dan diturunkannya kitab-kitab kepada umat manusia adalah sebagai junjungan dan pedoman yang menuntun manusia kepada kebenaran.

Hikmah diutusnya para Nabi dan diturunkannya kitab tersebut tertuang dalam surah Al-Baqarah ayat 213: “Manusia itu (dahulunya) umat yang satu (dalam ketauhidan). (Setelah timbul perselisihan,) lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidak ada yang berselisih tentangnya, kecuali orang-orang yang telah diberi (Kitab) setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka, dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus (berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk).”

Jamaah salat Jumat yang dimuliakan Allah

Imam As-Suyuthi dalam Tafsirul Jalalain menjelaskan secara ringkas maksud ayat di atas bahwa dahulunya umat manusia merupakan umat yang satu kesatuan dalam keimanan. Dengan seiring berjalannya waktu, manusia berselisih, sehingga sebagian dari mereka tetap beriman dan sebagian yang lain menjadi kufur.

Kemudian Allah mengutus para nabi setelahnya sebagai pembawa kabar gembira dan peringatan serta menurunkan bersama mereka kitab-kitab sebagai pemutus hukum dan penjelas di antara manusia yang berselisih. Namun, meski setelah datangnya utusan yang membawa kebenaran, sebagian dari mereka ada yang tetap dalam kekufuran karena sifat dengki yang mereka miliki.

Maka kemudian Allah menegaskan bahwa Ia memberi petunjuk kepada orang-orang yang beriman terhadap yang diperselisihkan itu dan menegaskan bahwa Ia memberi petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.

Sebagaimana dijelaskan oleh As-Suyuthi di atas umat manusia dahulunya merupakan umat yang memiliki keimanan satu yaitu mentauhidkan dan mengesakan Allah. Namun, kemudian mereka berselisih dan mengakibatkan perpecahan.

Jamaah salat Jumat yang dimuliakan Allah

Lalu kapankah umat manusia mulai berselisih? Dalam hal ini, Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’anul Adzim, juz I, hal 569 menyebutkan riwayat yang menjelaskan 10 generasi di antara Nabi Nuh dan Adam as masih dalam syariat yang benar. Kemudian mereka berselisih sehingga Allah menurunkan para nabi untuk kembali meluruskan mereka ke dalam syariat yang benar.

Ibnu Katsir mengatakan: “Dari Ibnu Abbas berkata: Dahulu, 10 generasi yang terletak antara nabi Nuh dan Adam semuanya dalam satu syariat yang benar. Kemudian mereka berselisih dan Allah mengirimkan para nabi sebagai pembawa kabar gembira dan peringatan.”

Jamaah salat Jumat yang dimuliakan Allah

Sementara itu, Syekh Nawawi Al-Bantani dalam tafsir Marah Labid, Juz I, hal 50 menjelaskan, dahulu umat manusia anak keturunan nabi Adam itu berada dalam satu kesatuan.

Ia menjelaskan bahwa sebab perselisihan yang terjadi di antara umat manusia yang timbul kemudian hari sehingga menimbulkan perpecahan ialah hasud dan dengki yang terjadi di antara mereka serta pertikaian yang terjadi karena kecintaan mereka terhadap dunia. Meski kemudian diutus kepada mereka nabi dan diturunkan kitab sebagai petunjuk, mereka tetap dalam kesesatan sebab sifat hasud dan kecintaan mereka terhadap dunia itu.

Syekh Nawawi mengutip riwayat yang bersumber dari Ibnu Zaid, yaitu: “Ibnu Zaid berkata: mereka berselisih dalam kiblat, umat Yahudi menghadap Baitul Maqdis, umat Nasrani menghadap Timur, dan Allah memberi kita petunjuk untuk menghadap Ka’bah. Mereka berselisih dalam puasa, Allah memberi kita petunjuk untuk berpuasa di bulan Ramadan. Mereka berselisih dalam masalah Ibrahim, umat Yahudi berkata ia umat Yahudi, umat Nasrani berkata ia umat Nasrani, dan kita berkata ia adalah seorang yang muslim yang hanif. Mereka juga berselisih terkait Isa AS. Umat Yahudi membuat kekeliruan dengan mengingkari kenabian dan kerisalahannya, umat Nasrani membuat kekeliruan dengan menjadikannya Tuhan. Sedangkan kita mengucapkan kebenaran yaitu bahwa Isa AS ialah hamba Allah dan utusan-Nya.”

Jamaah salat Jumat yang dimuliakan Allah

Kesimpulannya, hikmah diutusnya para Nabi dan diturunkannya kitab-kitab kepada umat manusia adalah sebagai junjungan dan pedoman yang menuntun kepada kebenaran dan hakikat penciptaan manusia yaitu untuk beribadah kepada Allah.

Tidak semua umat manusia yang diajak kembali kepada hakikat kebenaran akan menerima dengan lapang dada dan mengikuti dengan sukarela. Banyak penolakan dan tantangan lainnya yang menjadikan Nabi sebagai manusia istimewa yang dipilih untuk mengemban tugas yang berat.[]

Komentar

Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy