Lhokseumawe – Masjid Agung Islamic Center berdiri megah dan monumental di pusat Kota Lhokseumawe. Saat ini, fungsi utamanya sebagai tempat ibadah umat Muslim dan sarana pendidikan Islam bagi anak-anak di Kota Lhokseumawe.
Apakah fasilitas utama dan fasilitas penunjang dalam sebuah masjid harus bersinergi dalam mewujudkan peran dan fungsinya?
Line1.News meminta pandangan tiga Dosen Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh (Unimal), Sabtu, 22 Februari 2025. Yakni, Rinaldi Mirsa, Sarjana Teknik Arsitektur lulusan Universitas Islam Indonesia (UII), Magister Teknik Urban Planning (Universitas Gadjah Mada), dan Doktor Urban Planning (Universitas Diponegoro).
Lalu, Armelia Dafrina, Sarjana Teknik Arsitektur lulusan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah/USK) dan Magister Teknik Manajemen Pembangunan Kota (Universitas Sumatera Utara/USU). Terakhir, Yenny Novianti, Sarjana Teknik Arsitektur lulusan Unsyiah dan Magister Teknik Arsitektur (USU).
Ketiga dosen itu merupakan Ahli Perencanaan Kota.
Lihat juga: [Foto] Pesona Masjid Agung Islamic Center Lhokseumawe yang belum Tuntas Dibangun
Menurut Dr. Ars. Rinaldi Mirsa, S.T., M.T., fasilitas penunjang juga sangat membutuhkan desain sehingga fungsionalnya dapat terpenuhi. Rinaldi menyebut ada beberapa fasilitas penunjang yang dirasakan perlu ditingkatkan lagi, agar peran dan fungsi Masjid Agung Islamic Center Lhokseumawe tercapai dengan optimal. Di antaranya, parkir, tempat wudhu, dan orientasi bangunan.
Pertama, fasilitas parkir. Kondisi fasilitas ruang parkir merupakan kebutuhan yang saat ini dinilai belum mencukupi dengan kebutuhan pengguna masjid dan mengalami kendala saat sirkulasi kendaraan masuk dan keluar.
Kedua, tempat wudhu, merupakan bagian yang sangat dibutuhkan dan berada di lantai dasar masjid. Permasalahan yang timbul antara lain: kelembaban yang tinggi pada ruang sehingga akan mempengaruhi kualitas dinding, lantai, sirkulasi udara dan bau yang dirasakan amat menganggu. “Hal ini tentunya dipengaruhi oleh kurangnya ventilasi udara dan tidak adanya sinar matahari yang masuk sehingga pertumbuhan bakteri dan lumut sulit dihindari,” ujar Rinaldi.
Ketiga, orientasi bangunan jika diamati, baik pada tampak depan, samping kiri, kanan dan belakang juga kurang mengarahkan pada akses utama menuju ruang ibadah.
Berdasarkan nama Masjid Agung Islamic Center memiliki peran sebagai pusat peribadatan umat Muslim di Kota Lhokseumawe dan juga pusat studi/kajian perkembangan Islam, khususnya di Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh.
Akan tetapi saat ini, masih dirasakan kurang perkembangan pusat kajian Islam. Tak hanya itu, kehadiran dan kejayaan Samudra Pasai juga mempengaruhi perkembangan Islam. Menurutnya, jika ada pusat kajian Islam juga dilengkapi dengan Museum Islam yang mempertautkan antara Islam dan budaya Aceh dalam bentuk sejarah, artefak atau lainnya.
Baca juga: Inilah Data Anggaran Pembangunan Islamic Center Lhokseumawe 2011-2024
Sementara Armelia Dafrina, S.T., M.T., memberikan uraian terkait elemen-elemen masjid pada Masjid Agung Islamic Center Kota Lhokseumawe. Di antaranya, pertama, halaman masjid, taman dirasakan cukup luas dan nyaman. Kedua, sahn; ruang terbuka ada tapi tidak terlalu luas dengan beragaman aktivitas pengguna.
Ketiga, kubah yang ada dipengaruhi oleh Arsitektur Timur Tengah baik ornamen maupun warna. Keempat, minaret/menara, tapi tidak ada pada Masjid Islamic Center itu. Kelima, lengkungan (iwan); dipengaruhi oleh perkembangan Arsitektur Masjid Timur Tengah.
Keenam, mihrab (kiblat); tidak memiliki hiasan dan berbahan marmer. Ketujuh, ornamen/muqarnas yang terdiri dari motif geometrid dan motif flora pada area.
Menurut Yenny Novianti, S.T., M.T., Masjid Agung Islamic Center adalah landmarknya Kota Lhokseumawe. Hadir sebagai identitas kota dan mampu meningkatkan citra Kota Lhokseumawe. “Arsitektur masjid sebagai pusat ibadah umat Muslim di Kota Lhokseumawe, hadir dengan bangunan monumental, memiliki kubah-kubah besar dan tanpa menara, memberikan citra visual yang unik dan khas, membentuk karakter religius pada budaya Islam di Kota Lhokseumawe,” ujarnya.
Tak hanya itu, lanjutnya, keberagaman fungsi baik sosial dan budaya juga turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Adapun kendala yang dihadapi antara lain tidak tersedianya signage (tata informasi) menuju Masjid Islamic Center pada jalan utama menuju Islamic Center. Biaya perawatan dan keluhan masyarakat terhadap ruang wudhu dan toilet dapat diatasi dengan melakukan renovasi pada sirkulasi udara dan cahaya.
Selanjutnya, signage (tata informasi) pada ruang luar yaitu halaman, ruang parkir dan ruang terbuka sehingga akses kendaraan dan sirkuasi pengguna dari luar ke dalam maupun sebaliknya lebih efisien.
“Akses menuju pintu masuk utama masjid harus mengarahkan secara visual sehingga lebih memudahkan pengguna,” ucap Yenny Novianti.[]
Komentar
Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy