Mansa Musa, Raja Muslim Terkaya dan Dermawan yang Pernah Ada

Ilustrasi Mansa Musa sedang memegang koin emas dalam Atlas Katalan 1375. Foto: Wikipedia
Ilustrasi Mansa Musa sedang memegang koin emas dalam Atlas Katalan 1375. Foto: Wikipedia

Di Mali, Afrika Barat, pernah berkuasa seorang raja yang sangat kaya raya. Namanya Mansa Musa atau Musa I dari Mali. Mansa adalah kata dalam bahasa Mandinka di Afrika Barat yang berarti “raja dari segala raja” atau kaisar.

Mansa Musa memimpin kekaisaran kuno Mali sejak 711 Hijriah (1312 Masehi) hingga 737 Hijriah (1337 Masehi). Selama masa pemerintahannya, Mali menjadi salah satu kerajaan terkaya di Afrika. Sedangkan Mansa Musa termasuk orang terkaya di dunia. Kerajaan Mali kuno tersebar di sebagian wilayah Mali modern, Senegal, Gambia, Guinea, Niger, Nigeria, Chad, Mauritania, dan Burkina Faso, atau lebih dari separuh luas Afrika Barat.

Mansa Musa berkuasa setelah raja sebelumnya, Abu Bakar II, menghilang di laut. Mansa Abu Bakar II hilang dalam ekspedisi dengan armada kapal yang besar untuk menjelajahi Samudra Atlantik, dan tidak pernah kembali.

Mansa Musa mewarisi kerajaan yang sudah kaya, tetapi usahanya dalam memperluas perdagangan menjadikan Mali kerajaan terkaya di Afrika. Kekayaannya berasal dari penambangan garam dan persediaan emas yang melimpah di kerajaan Mali. Perbandingannya, setengah dari seluruh emas di Eropa, Afrika, dan Asia pada saat itu hanya berasal dari tiga tambang emas Mali. Sumber kekayaan lainnya berasal gading gajah.

Sejarawan memperkirakan kekayaan Mansa Musa sekitar 400 miliar USD saat ini. Jika dihitung dengan kurs sekarang, bisa mengalahkan nominal gabungan kekayaan miliarder Jeff Bezos, Elon Musk, dan Bill Gates. Jumlah tersebut juga lebih besar dari gabungan Produk Domestik Bruto negara-negara seperti Norwegia dan Irlandia.

Ketika Mansa Musa berhaji ke Makkah pada 724 Hijriah atau 1324 Masehi, perjalanannya melalui Mesir menimbulkan kehebohan. Penulis Arab saat itu menyebutkan, Mansa Musa membawa rombongan yang jumlah orangnya hampir setara dengan penduduk satu kota. Ada 60 ribu pria dan wanita, 12 ribu budak yang masing-masing membawa dua kilogram emas, 100 gajah, dan 80 unta yang mengangkut 21 ribu kilogram emas.

Peta perkiraan sumber daya alam Mali saat Mansa Musa berkuasa. Foto: Twitter.com
Peta perkiraan sumber daya alam Mali saat Mansa Musa berkuasa. Foto: Twitter.com

Bagi-Bagi Emas dan Bangun Masjid Setiap Jumat

Di Kairo, Mansa Musa bertemu dengan Sultan Mesir. Ia menyumbangkan emas-emasnya kepada orang Mesir. Hal yang sama ia lakukan ketika sampai di Makkah dan Madinah. Efek dari kemurahan hatinya ini menyebabkan harga emas anjlok selama satu dekade sebab suplainya melimpah di pasaran.

Tidak hanya itu, selama dua tahun perjalanannya ke Makkah lewat Gurun Sahara, Mansa Musa membangun begitu banyak masjid. Setiap hari Jumat, ia membangun masjid baru.

Kedermawanannya membagikan emas membuat Mansa Musa dan Kerajaan Mali dikenal luas. Pose Mansa Musa sambil memegang koin emas muncul di Atlas Catalan tahun 1375, salah satu peta dunia terpenting abad ke-14.

Setelah terbitnya atlas ini, Mansa Musa menjadi sosok yang tersohor di dunia. Kekayaan dan kekuasaan Mansa Musa mulai menarik minat ribuan orang, pemikir, dan seniman mengungjungi Mali.

Setelah kembali dari Makkah, Mansa Musa mulai merevitalisasi kota-kota di kerajaannya. Ia membangun masjid dan gedung-gedung publik yang besar di kota-kota seperti Gao dan Timbuktu. Mansa Musa menjadikan Timbuktu kota pusat pendidikan.

Dia juga menjual 200 kilogram emas untuk biaya membangun Masjid Djinguereber di Timbuktu yang masih berdiri hingga saat ini.

Timbuktu menjadi pusat universitas Islam utama selama abad ke-14 berkat pembangunan yang dilakukan Mansa Musa. Madrasah Sankore di Timbuktu menerima 25 ribu siswa dari seluruh dunia. Perpustakaannya menyimpan lebih dari 1 juta buku, lebih banyak dari Perpustakaan Besar Alexandria di Mesir.

Mansa Musa mendatangkan arsitek dan cendekiawan dari seluruh dunia Islam ke kerajaannya, dan reputasi kerajaan Mali pun tumbuh. Kerajaan Mali mencapai puncak kejayaannya pada waktu yang sama, menjadi kerajaan yang ramai dan kaya berkat perluasan dan administrasi Mansa Musa.

Mansa Musa meninggal pada 1337 dan digantikan oleh putra-putranya. Namun, kejayaan kerajaan Mali sepeninggal Musa pelan-pelan runtuh. Orang-orang Eropa baru menemukan Timbuktu pada 1830-an ketika Kerajaan Mali berada di titik akhir keruntuhan.

Jauh setelah kematiannya, sosok Mansa Musa tetap tertanam dalam imajinasi dunia sebagai simbol kekayaan yang luar biasa. Namun, kekayaannya hanyalah sebagian dari warisannya karena ia juga dikenang akan keyakinan Islamnya dan pelestarian budaya Mali.[]

Komentar

Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy