Noumea – Jalanan tertutup puing-puing dan barang-barang yang terbakar. Beberapa mobil hangus terbakar di depan showroom Renault. Sementara di Bandar Udara Magenta, Noumea, Resimen Infantri Marinir Prancis berjaga-jaga dengan senjata lengkap penghalau massa. Asap hitam juga terlihat mengepul ke langit-langit kota.
Pemandangan chaos tersebut menghiasi Noumea, ibu kota Kaledonia Baru, setelah kerusuhan sipil melanda kota tersebut sejak sepekan terakhir. Rusuh dipicu oleh keputusan parlemen Prancis yang mengizinkan penduduk nonpribumi yang tinggal di sana selama 10 tahun atau lebih, boleh memberikan suara dalam Pemilu.
Pemerintah Prancis berpendapat keputusannya itu menjunjung demokrasi di Kaledonia. Namun, masyarakat setempat, khususnya pribumi Kanak khawatir kebijakan itu akan melemahkan upaya mereka memperoleh kemerdekaan dari Prancis. Kebijakan baru itu dinilai melemahkan perjanjian 1998 yang membatasi hak suara.
Warga Kanak pun memprotes keras keputusan tersebut. Akibatnya, kerusuhan pecah dan penjarahan terjadi dalam sepekan terakhir hingga menewaskan sekira enam orang dari warga pribumi Kanak.
Kendaraan dan bangunan dibakar di distrik kota Magenta, AFP melaporkan, ketika penduduk melaporkan mendengar suara tembakan, dengung helikopter, dan “ledakan besar”.
Pada 16 Mei, Pemerintah Prancis memberlakukan keadaan darurat. Pasukan dikerahkan ke pelabuhan dan bandara internasional Kaledonia Baru. Pemerintah juga melarang TikTok.
Ratusan marinir dan polisi Perancis bersenjata lengkap berpatroli di jalan-jalan Noumea yang dipenuhi puing-puing setelah beberapa malam terjadi penjarahan, pembakaran dan bentrokan bersenjata.
Kerusuhan menyebabkan sekitar 3.200 wisatawan dan pelancong lainnya terdampar di dalam atau di luar kepulauan tersebut akibat penutupan bandara internasional Noumea.
Para pejabat Perancis menuduh kelompok pro-kemerdekaan CCAT berada di balik kerusuhan tersebut. Menurut otoritas keamanan, sepuluh aktivis yang dituduh mengorganisir kekerasan telah ditempatkan di tahanan rumah.
Prancis juga menuduh bekas republik Soviet, Azerbaijan, melakukan campur tangan di wilayah tersebut. Azerbaijan, yang secara tradisional tidak banyak hadir di Asia Pasifik dan berjarak hampir 14.000 kilometer (8.700 mil) dari Kaledonia Baru, membantah tuduhan tersebut.

Kaledonia Baru merupakan negara koloni Prancis yang dianeksasi pada 1853. Letaknya di Samudra Pasifik, antara Australia, Fiji, dan Selandia Baru. Pulau-pulau utama di Kaledonia Baru antara lain Grande Terre, Kepulauan Loyalty, Kepulauan Bélep, dan Île des Pins.
Penduduk Kaledonia Baru terdiri dari campuran etnis, termasuk Melanesia, Eropa, Polinesia, dan Asia. Jumlahnya kurang dari 300 ribu jiwa. Komunitas Kanak berjumlah 40 persen dari populasi, sedangkan Caldoches, sebutan untuk masyarakat lokal yang sebagian besar keturunan Prancis, berjumlah sekitar 25 persen. Populasi lainnya terdiri dari pendatang baru asal Prancis, penduduk dari wilayah kepulauan Wallis dan Futuna di Prancis dan dari Tahiti, serta campuran penduduk dari Jawa, Vietnam dan negara-negara Asia lainnya. Bahasa resmi yang dipakai adalah Prancis dan Kanak, meskipun ada sekitar 30 bahasa Melanesia yang juga digunakan.
Kaledonia Baru menjadi salah satu wilayah luar negeri terpenting bagi Perancis, sebagai bentuk kekuatannya di Pasifik. Namun, masyarakat pribumi Kanak telah lama membenci Pemerintahan Paris. Hingga kini, politik masih didominasi oleh perdebatan tentang, apakah pulau-pulau di Kaledonia Baru harus menjadi bagian dari Prancis, otonom atau independen. Pendapat ini terbagi berdasarkan etnis.[](Al Jazeera)
Komentar
Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy