Tragedi Berdarah Pencurian Hajar Aswad

Batu Hitam Hajar Aswad. Foto: islamiclandmarks.com
Batu Hitam Hajar Aswad. Foto: islamiclandmarks.com

Hajar Aswad atau batu hitam yang dalam bahasa Arab disebut al-Hajaru al-Aswadu, merupakan sebuah batu yang diyakini umat Islam berasal dari surga. Letaknya di sudut tenggara Ka’bah, salah satu tempat yang mustajab untuk berdoa.

Ternyata, batu yang ditemukan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail saat mereka sedang membangun Ka’bah, itu pernah dicuri dan hilang selama 22 tahun.

Pencurian hajar Aswad didalangi oleh Abu Tahir Al Qarmuthi, pemimpin kelompok syiah Qarmatian, pada 317 Hijriah atau 930 Masehi.

Awalnya, kelompok Qarmatian datang ke Makkah dari Bahrain sebelum waktu pelaksanaan haji. Diceritakan dalam buku Jejak Sejarah di Dua Tanah Haram karya Mansya Aji Putra, kedatangan kelompok Qarmatian ditolak karena reputasi Abu Tahir sebagai pemimpin yang kejam.

Namun, untuk mengelabui masyarakat Makkah, kelompok Qarmatian pun mengucap sumpah bahwa mereka tidak akan berbuat kerusakan di Makkah.

Namun, Qarmatian melanggar janji mereka dan menyerang umat Islam yang tengah melaksanakan haji hari pertama. Di tengah kericuhan, Abu Tahir memerintahkan Ja’far bin Ilaj untuk mencopot hajar Aswad dari tempatnya.

Kelompok Qarmatian juga melakukan perusakan di Ka’bah seperti mencuri sejumlah barang berharga di dalamnya, merobek kiswah atau penutupnya, melepas pintunya, hingga mengambil talang emasnya.

Tidak berhenti sampai di situ, kelompok Qarmatian bahkan membantai jemaah haji di Ka’bah dan penduduk Makkah. Sebanyak 30 ribu jemaah yang sedang tawaf, iktikaf, dan salat dibunuh. Lalu tiga ribu di antaranya dibuang ke sumur zamzam.

Setelah tragedi berdarah tersebut, ibadah haji ditiadakan selama delapan tahun berturut-turut karena rasa takut dan trauma akan teror keji kelompok Qarmatian.

Hajar Aswad yang berhasil dicuri Abu Tahir dibawa ke Masjid al Dirar yang terletak di ibu kota baru negara mereka, al Hasa di Bahrain. Abu Tahir ingin mengubah masjid tersebut menjadi Tanah Suci dan mengarahkan orang-orang untuk berhaji di sana. Hajar Aswad pun disimpan di sana selama 22 tahun.

Setelah 22 tahun lamanya, akhirnya Hajar Aswad dapat kembali ke Makkah setelah kekhalifahan Abbasiyah membayar sejumlah besar uang. Namun, Hajar Aswad kembali dengan keretakan yang membaginya menjadi tujuh bagian. Untuk menjaga bentuknya, penjaga Ka’bah pun membingkai Hajar Aswad dengan perak seperti yang dapat dilihat saat ini.

Setelah Hajar Aswad dikembalikan ke tempat semula, terjadi pula beberapa upaya perusakan batu tersebut.

Upaya pertama terjadi pada tahun 363 H. Seorang laki-laki asal Romawi menghampiri hajar Aswad, mengambil cangkul dan memukulkannya dengan kuat ke pojok tempat hajar Aswad hingga berbekas. Sebelum sempat mengulangi perbuatannya, seorang muslim asal Yaman datang dan menikamnya hingga roboh.

Berikutnya, pada 413 H, Bani Fatimiyah mengirim sebagian pengikutnya di bawah pimpinan Hakim al-Abidi untuk menghancurkan hajar Aswad. Setelah dipukul tiga kali menggunakan pahat, hajar Aswad pecah dan berjatuhan.

Selanjutnya, pada 990 H seorang lelaki asing datang membawa sejenis kapak yang dipukulkannya ke hajar Aswad. Pangeran Nashir menikam lelaki tersebut dengan belati hingga mati.

Dalam buku Al-Bait karya Brilly El-Rasheed terdapat hadits yang menjelaskan keutamaan hajar Aswad. Rasulullah SAW bersabda,

“Barang siapa bersalaman dengannya (hajar Aswad), seolah-olah ia sedang bersalaman dengan Allah Yang Maha Pengasih.” (HR Ibnu Majah)

Menurut hadits lain yang diriwayatkan dari Abdullah bin Umar RA, Rasulullah SAW memiliki kebiasaan mencium hajar Aswad hingga dianggap sebagai sunah tawaf. Ia berkata,

“Sesungguhnya Rasulullah SAW beristilam (menyentuh) Rukun Yamani dan Hajar Aswad setiap kali beliau tawaf.” (HR Muttafaq ‘alaih).[]

Komentar

Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy