Profil Tujuh Panelis Debat Pertama Cagub-Cawagub Aceh; Profesor Herman Fithra Hingga Reza Idria

[Editorial] Menanti Debat Mualem Vs Bustami: Isu Pengangguran Aceh
Ilustrasi Bustami Vs Mualem. Foto: Line1.News/Sha

Banda Aceh – Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh akan menggelar Debat Publik Pertama Antar-Pasangan Calon Gubernur-Wakil Gubernur Aceh pada 25 Oktober 2024 di Hotel Amel Convention Hall Banda Aceh.

KIP Aceh sudah menentukan tim panelis untuk menyusun daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada Cagub-Cawagub Aceh, Bustami Hamzah (Om Bus)-M. Fadhil Rahmi (Syeh Fadhil) Vs Muzakir Manaf (Mualem)-Fadhlullah (Dek Fad), saat debat terbuka perdana itu.

Baca juga: Ini Nama-Nama Panelis Debat Pertama Paslon Gubernur-Wagub Aceh 2024

Ketua KIP Aceh, Agusni AH, mengatakan tim panelis debat terdiri dari pakar yang ahli di bidangnya berasal dari kalangan profesional, akademisi, dan atau tokoh masyarakat. “[Syarat] tim panelis juga sosok yang memenuhi kualifikasi berintegritas, jujur, dan simpatik, bersikap netral dan tidak memihak,” ujarnya, Jumat, 18 Oktober 2024.

Sama seperti tim perumus debat, kata Agusni, tim panelis diwajibkan menandatangani pakta integritas, bagian dari transparansi dan komitmen penyelenggaraan debat yang berintegritas.

Lihat pula: Ini Kata KIP Aceh Soal Lokasi dan Tema Debat Paslon Gubernur-Wagub Aceh

Dilihat dari profilnya, tujuh panelis debat pertama antarpaslon gubernur-wagub Aceh yang sudah ditentukan oleh KIP Aceh merupakan para akademisi Universitas Malikussaleh (Unimal), Universitas Syiah Kuala (USK), dan UIN Ar-Raniry.

Dihimpun Line1.News, Rabu, 23 Oktober 2024, dari berbagai sumber, berikut profil tujuh Panelis Debat Pertama Antar-Paslon Gubernur-Wagub Aceh Tahun 2024:

1. Prof. Dr. Herman Fithra, S.T., M.T., IPM., ASEAN Eng.

Profesor Herman Fithra merupakan Rektor Universitas Malikussaleh (Unimal) periode 2018-2022 dan 2022-2026. Herman Fithra dikukuhkan menjadi Guru Besar bidang Ilmu Transportasi di Unimal pada 9 April 2022.

Lahir di Lhokseumawe, 7 November 1972, Herman lulus Diploma III Jurusan Teknik Sipil Politeknik Universitas Syiah Kuala (USK) tahun 1993; S1 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU), 1998; S2/Magister Sistem dan Teknik Transportasi Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2005; dan S3/Doktor Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana USU, 2018.

Herman meraih gelar ASEAN Engineering (ASEAN.Eng) sekaligus pengukuhan sebagai Insinyur Profesional di kawasan ASEAN di Jakarta pada 11 September 2019.

Pernah menjadi staf perencanaan di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Aceh Utara pada 1993-1994, Herman kemudian menjadi dosen sejak tahun 2002. Kariernya di dunia pendidikan terus bersinar hingga menjadi Dekan Fakultas Teknik Unimal 2016-2018, dan terpilih sebagai rektor dua periode.

Profesor Herman juga penerima Honorary Member dari ASEAN Federation of Engineering Assosiations pada 22 Oktober 2024. Dia juga ketua Forum Rektor Aceh, Alumni PPRA LXIII LEMHANNAS RI 2022 dan COHORT #6 Kemenhan RI 2024.

2. Prof. Dr. Ir. Amhar Abubakar, M.S,. IPU,. ASEAN Eng.

Amhar Abubakar adalah Guru Besar dalam bidang Bioteknologi Pangan di Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh sejak 2008.

Lahir di Idi, Kabupaten Aceh Timur, 3 Mei 1961, Amhar menamatkan pendidikan SD sampai SMA di Idi.

Setelah lulus S1 di Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan USK 1984, Amhar diangkat menjadi Dosen Fakultas Kedokteran Hewan USK tahun 1986.

Amhar lulus S2/Magister bidang Ilmu Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB), 1993; dan S3/Doktor bidang Bioteknologi Pangan Tohoku University, Sendai, Jepang, 1999.

Sejak tahun 2000, Amhar melanjutkan kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat serta berbagai publikasi hasil penelitian baik di jurnal nasional maupun internasional.

Amhar juga menjadi Dewan Pengawas Aceh Plantation Development Authority (APDA) pada 2008-2013. Dia dipercayakan sebagai Pelaksana Tugas Bupati Aceh Timur 2016-2017, serta Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Gampong (DPMG) Provinsi Aceh 2017-2019.

Amhar tercatat pula sebagai Kepala Pusat Riset Sapi dan Ternak Lokal di USK.

3. Prof. Dr. Teuku Zulfikar, M.Ed.

Teuku Zulfikar ialah Guru Besar bidang English Language Research pada Jurusan Pendidikan Bahasa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UIN Ar-Raniry Banda Aceh sejak tahun 2020. Profesor Teuku Zulfikar saat ini menjabat Wakil Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Ar-Raniry.

Lahir di Langsa, 30 April 1978, Teuku Zulfikar lulus S1/Sarjana Pendidikan Bahasa Inggris IAIN Ar-Raniry tahun 1999. Dia menyelesaikan dua gelar master: satu di Monash University, Australia, di bidang Kepemimpinan, Kebijakan, dan Perubahan dalam Pendidikan, tahun 2003, dan satu lagi di Ohio University, Athens, Ohio, Amerika Serikat, di bidang Administrasi Pendidikan dengan minor di Linguistik Terapan, 2006.

Zulfikar meraih gelar S3/Doktor dari Monash University, Australia dalam bidang Studi Bahasa dan Budaya, 2011.

Pengajar di kelas sarjana dan pascasarjana UIN Ar-Raniry itu pernah menjadi peneliti senior di International Center for Aceh and Indian Ocean Studies (ICAIOS) tahun 2012-2015, dan menjabat sebagai direktur pada 2016-2018.

Selain ICAIOS, Zulfikar juga aktif di Institut Pengembangan Sumber Daya Manusia Aceh (AIHRD); Institut Dialog dan Perdamaian Antaragama Kajian Islam (IISIDP); Bahasa Inggris, Sastra dan Pendidikan (ELITE) dan Pengajaran Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing Indonesia (TEFLIN).

Minat penelitian Profesor Zulfikar meliputi kajian bahasa, tata kelola pendidikan, manajemen pendidikan, kepemimpinan, kajian pedagogi dan budaya, identitas pemuda dan agama, pengajaran bahasa, serta kajian etnografi. Dia telah menerbitkan buku secara luas di bidang pendidikan bahasa, pendidikan, dan ilmu sosial.

4. Dr. Effendi Hasan, M.A.

Effendi Hasan merupakan Dosen Ilmu Politik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) USK Banda Aceh.

Lahir di Desa Pulotu, Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Pidie, 1 Oktober 1975, Effendi Hasan lulus S1/Sarjana di IAIN Ar-Raniry, 2001; S2 Master of Arts (Magister Ilmu Politik) Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), 2004; dan menyelesaikan Program Doktor Filsafat Ilmu Politik Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), 2014.

Effendi Hasan diangkat menjadi Dosen Ilmu Politik FISIP USK sejak 2009. Selain mengajar, dia juga aktif meneliti dengan Fokus Penelitian Partai Politik dan Pemilu dan Politik Lokal.

Nama dan gambar akademisi ini sering muncul di berbagai media lokal sebagai pengamat politik.

5. Teuku Zulkarnaen, S.E., M.M., Ph.D.

Teuku Zulkarnaen menjadi Dekan FISIP Unimal sejak 26 Agustus 2024. Sebelumnya, dia Dosen Program Studi Administrasi Bisnis FISIP Unimal.

Dia lulus S1/Sarjana Ekonomi USK pada 1999; S2/Magister Manajemen Universitas Brawijaya, 2003; dan S3/Doctor of Philosophy Universiti Utara Malaysia, 2020.

Teuku Zulkarnaen pernah menjabat Ketua Panitia Pengawas Pemilihan (Panwaslih) Kota Lhokseumawe sejak tahun 2017 hingga 2023.

6. Ir. Suraiya Kamaruzzaman, S.T. LM., M.T.

Suraiya Kamaruzzaman adalah Dosen Jurusan Teknik Kimia Universitas Syiah Kuala sejak tahun 1998. Dia juga aktivis pejuang hak asasi manusia sejak masa konflik Aceh.

Lahir di Aceh Besar, 3 Juni 1968, Suraiya lulus S1 di Fakultas Teknik Jurusan Kimia di USK tahun 1994. Pada 2003, Suraiya menyelesaikan pendidikan Magister Hukum dengan konsentrasi Hak Asasi Manusia di Universitas Hongkong, dan Magister Teknik di USK tahun 2016.

Suraiya menjabat sebagai Kepala Pusat Riset Perubahan Iklim USK sejak 2017; Ketua Devisi Penelitian dan Pengembangan Masyarakat, Pusat Riset Atsiry (ARC) USK sejak 2016; Sekretaris Pusat Riset HAM USK sejak 2015; Wakil Ketua Forum SGDs USK sejak 2020; Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan FKPT (Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme) Aceh sejak 2020; Anggota Komisi Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Majelis Pendidikan Daerah (MPD) Aceh Besar, sejak 2019.

Suraiya aktif dalam penguatan gerakan perempuan melalui keterlibatannya di sejumlah organisasi sejak 1989. Dia salah satu pendiri Flower Aceh dan Balai Syura Ureung Inong Aceh (BSuIA) yang berfokus pemberdayaan perempuan serta memberikan bantuan advokasi kepada masyarakat.

Tahun 2001, Suraiya menerima Penghargaan Yap Thiam Hien, Penghargaan Pembela HAM. Pada 2012, dia menerima penghargaan The N Peace untuk menghormati para pemimpin perempuan dan pembangun perdamaian di Asia, dan teladan bagi Peace Award.

7. Reza Idria, M.A., Ph.D.

Reza Idria merupakan Antroplog UIN Ar-Raniry. Saat ini, dia sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan (FISIP) Ar-Raniry.

Lahir di Aceh Besar, 16 Maret 1981, Reza Idria lulus S1 di IAIN Ar-Raniry tahun 2004; S2 di Leiden University, Belanda, 2010; dan S3/Doctor of Philosophy Antropologi Sosial di Harvard University, 2020.

Reza Idria pernah diundang ke Universitas Leiden, Belanda pada pengujung 2019 menjadi pembicara seminar. Dia memaparkan materi berjudul “Make Aceh Great Again: Tales of the Unexpected in Post-Tsunami Aceh”.

Saat ini, Reza Idria juga menjabat Direktur Eksekutif ICAIOS. Dia sudah melakukan banyak penelitian dampak sosial, politik, dan hukum terkait penerapan Syariat Islam di Aceh.

Selain mengajar dan meneliti, Reza Idria terkenal atas kontribusinya sebagai pembela hak asasi manusia, dan fasilitator beberapa kelompok studi kritis di Aceh. Dia juga anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Muda Indonesia (ALMI).[]

Komentar

Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy