Jakarta – Analis Konten Media Sosial Kementerian Komunikasi dan Informatika, Reyga Radika, mengungkapkan bahwa Kominfo kewalahan mengontrol situs-situs judi online. Hingga 3 Mei 2024, nyaris separuh konten negatif yang beredar di dunia maya merupakan konten judi online.
“Dalam sehari kita bisa menemukan dan memblokir lima ribu situs judi online. Kita juga menerima aduan dari masyarakat untuk memblokir situs judi online,” kata Reyga saat menjadi pembicara dalam Obral Obrol Literasi Digital bertema ‘Judi Online, Niat Jadi Konglomerat Berujung Melarat’, seperti dikutip, Minggu, 5 Mei 2024.
Data Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan mencatat total perputaran uang dalam bisnis judi online mencapai Rp327 triliun di Indonesia. Angka ini senilai 10 persen dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara.
“Tanpa disadari masyarakat seperti memberikan sedekah kepada bandar-bandar judi online, tanpa merasa dirugikan,” ujar Reyga. Untuk itu, dia mengajak masyarakat untuk sama-sama menyadari kerugian judi online ini tak main-main.
Kominfo mencatat sebanyak 2,7 juta orang merupakan pemain judi online. Sebagian besar adalah anak muda dengan rata-rata berumur 17 hingga 20 tahun. “Perang melawan judi online ibarat pertarungan yang tak ada hentinya.”
Sementara itu, Praktisi Literasi Digital dan Vokasi Universitas Indonesia, Devie Rahmawati, mengatakan mudahnya masyarakat mengakses judi online menjadi salah satu faktor mengapa judi online menggiurkan bagi masyarakat. Belum lagi, 70 persen transaksi judi online besarannya kurang dari Rp100 Ribu. “Judi online menjadi susah diberantas karena nilai bisnisnya yang tinggi dan didesain seperti permainan online,” kata dia.
Tanpa disadari masyarakat, judi online juga memberi kerugian berkali-kali lipat. Masyarakat tak hanya kehilangan sejumlah nominal uang, tapi juga memiliki kemungkinan besar terarah pada situs pornografi yang membuat turunnya produktivitas seseorang.
“Ketika otak seseorang dibedah, antara yang menggunakan narkotika dengan yang melihat pornografi, maka penikmat pornografi kerusakan otaknya empat kali lipat lebih parah,” kata Devie.
Ia mencontohkan wabah judi online bahkan melanda pasukan Ukraina sehingga membuat produktivitas dan semangat berjuang pasukannya menurun. Bahkan, banyak prajurit yang harus menggadaikan senjata demi memenuhi hasrat bermain judi online. “Hal ini menjadi salah satu gambaran bahwa wabah judi online juga tengah menjangkiti masyarakat dunia.” kata dia.
Pentingnya Orang Terdekat
Psikolog Klinis Dewasa, Adriana Amalia, mengetakan judi online berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri. Karena itu, keberadaan orang terdekat penting untuk mendampingi pecandu judi online kembali menemukan tujuan hidup, seperti saling mengingatkan akan untung rugi jika tetap bermain judi online. “Penting sekali keluarga atau ligkungan sosial terdekat memberi tahu dampak negatif sesering mungkin, supaya kemudian timbul kesadaran akan kerugian dan bahaya judi online,” ujar Amel.
Judi online berpotensi membahayakan kondisi psikis seseorang karena muncul ‘gamblers fallacy’ yang membuat seseorang berpikir bahwa jika terus mencoba judi maka nanti akan ada masa untuk menang. “Hal ini yang mendorong seseorang untuk terus berusaha meski dengan taruhan yang nominalnya kecil,” kata dia.[](Medcom.id)
Komentar
Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy