KJRI Cape Town Garap Film Diplomat Berlatar Kisah Nyata Tsunami Aceh

Konjen RI Cape Town, Tudiono bersama para diplomat di Afsel. Foto: Istimewa
Konjen RI Cape Town, Tudiono bersama para diplomat di Afsel. Foto: Istimewa

Cape Town – Konsulat jenderal Republik Indonesia (KJRI) Cape Town, Afrika Selatan (Afsel), menggarap film diplomat berlatar kisah nyata bencana tsunami Aceh.

Film ini akan diputar dalam Pasar Rakyat dan Festival Film Indonesia di Cape Town pada 9 November dan 10-11 November 2024.

Film berjudul “Ku Temukan Kembali Cintaku di Afsel” merupakan drama romantis yang diwarnai tragedi tsunami Aceh, tentang sepasang muda-mudi Aceh mahasiswa Universitas Syiah Kuala bernama Faiez dan Maya.

“Walaupun drama, namun cerita dalam film ini lebih dari 80 persen merupakan kisah nyata,” ujar Konjen RI Cape Town, Tudiono, Selasa, 2 Juli 2024.

Masa-masa di kuliah, keduanya sering berboncengan dengan motor butut Honda CB Faiez berkeliling Banda Aceh dan berfoto-foto di Kapal Besar PLTD Apung.

Jalinan asmara mereka ternyata tidak disetujui orang tua Maya karena Faiez dari keluarga miskin. Selain itu menghadapi sikap Egy, yang cemburu karena juga mencintai Maya namun bertepuk sebelah tangan. Faiez dan Maya harus menghadapi keroyokan orang-orang suruhan Egy dan keduanya diculik dibawa ke tempat yang terpisah.

Singkat cerita, gempa bumi dan tsunami melanda Aceh pada 2004. Faiez selamat dari bencana itu tapi Maya tidak jelas kabarnya. Bertahun-tahun Faiez terpisah dari Maya. Faiez kemudian berhasil menjadi diplomat Kementerian Luar Negeri dan bertugas di KJRI Cape Town saat ini.

“Apakah Maya menjadi korban tewas dalam peristiwa tsunami ini? Ini yang akan disajikan dalam film nanti,” ujar Tudiono.

Poster Film "Ku Temukan Kembali Cintaku di Afsel". Foto: Konjen RI Cape Town
Poster Film “Ku Temukan Kembali Cintaku di Afsel”. Foto: Konjen RI Cape Town

Naskah awal film itu disusun oleh Konjen RI Cape Town dan tim. Saat ini tengah dibahas dengan produser Wendra Lingga Tan dari production house Summerland, sutradara Robby Ertanto.

Sebagai catatan, salah satu film besutan produser Wendra Lingga Tan dan sutradara Robby Ertanto berhasil menjadi Top 5 dalam kompetisi film internasional di Rotterdam. Film tersebut mengalahkan 4000 film dari berbagai negara.

Karena itu, Tudiono yakin pembuatan film tersebut berada di tangan yang tepat, dalam tangan dingin “dokter” ahlinya.

Tidak hanya itu, film tersebut juga akan turut ditangani oleh ahli dari Afsel, Makkie Slemong. Sinopsis versi bahasa Inggris sepersetujuan dari produser dan sutradara telah disampaikan oleh Konjen RI ke Makkie Slemong pada 27 Juni 2024.

Makkie Slemong lahir di Makkah, keturunan Sleman. Ia merupakan CEO Cape Town Film Studio (CTFS) sejak 2014-2024. CTFS merupakan studio film Top 10 Dunia. CTFS didirikan pada Mei 2010 sebagai kompleks studio film berteknologi tinggi yang dirancang khusus, dan merupakan yang pertama di Afrika. CTFS menjadi tempat pembuatan banyak iklan dan film yang tidak hanya dari Afrika Selatan, namun juga dari seluruh dunia.

CTFS telah memproduksi lebih dari 150 film. Di antaranya adalah film terkenal seperti Dredd, Chronicle, Labyrinth, Tomb Raider, Monster Hunter, Deep Blue Sea 2 & 3, Mad Max Fury: Road, termasuk 99 persen dari pembuatan film One Piece dilakukan di CTFS.

Dubes Saud P. Krisnawan dalam pertemuan secara virtual dengan produser Wendra Lingga Tan dan Konjen Tudiono pada 30 Juni sangat mendukung pembuatan film ini. Pembuatan film yang terkait dengan hubungan Indonesia-Afsel adalah salah satu mimpinya.

Anggota DPR RI Wulan Sutomo Jasmin dan Ichsan Soelistio turut aktif mendukung suksesnya pembuatan film ini.

“Pembuatan film ini merupakan langkah awal dalam mempererat hubungan Indonesia-Afsel yang saat ini merayakan 30 tahun hubungan diplomatik. Diharapkan nantinya film ini bisa diputar di bisokop-bioskop di Indonesia dan Afsel dan semoga bisa mendunia,” pungkas Tudiono.[]

Komentar

Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy