[KILAS BALIK] 16 November 2016: Rumah Cagub Aceh Tarmizi A Karim Ditembak OTK

[KILAS BALIK] 16 November 2016: Rumah Cagub Aceh Tarmizi Karim Ditembak OTK
Calon Gubernur Aceh Tarmizi Karim menyambangi markas jurnalis di Kota Banda Aceh. Foto: Daspriani Y Zamzami/Kompas.com

Banda Aceh – Rumah calon gubernur atau cagub Bustami Hamzah diteror pada Senin pagi, 2 September 2024. Dua pelakunya mengendarai sepeda motor terekam kamera CCTV. Salah seorang melemparkan bahan peledak–diduga granat–ke pekarangan rumah Bustami.

Timbul ledakan yang menyebabkan pot-pot bunga berjatuhan dan meninggalkan sisa asap hitam di dinding rumah. Saat kejadian, Bustami dikabarkan tidak berada di tempat. Di rumah itu hanya ada Mellani Subarni, istri Bustami, anak-anak dan kerabat mereka yang lain.

Teror serupa pernah dialami Tarmizi A Karim, cagub pada Pilkada Aceh 2017. Jika rumah Bustami diteror granat, kediaman Tarmizi di Jalan Todak Nomor 31, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh, ditembak orang tak dikenal (OTK).

Insiden itu terjadi pada Rabu, 16 November 2016, usai magrib. Pelakunya juga diduga dua orang yang menaiki sepeda motor.

Sebelum tembakan terdengar, Muhammad Fahri, anak Tarmizi, baru saja tiba di rumah. Sebelum masuk pekarangan, ia melihat dua orang mengendarai sepeda motor melintas di jalan depan rumah.

Tak lama setelah ia berada di dalam pekarangan, suara tembakan terdengar. Fahri langsung bergegas masuk ke rumah.

“Pengamatan di lapangan, peluru yang ditembakkan ke pagar, tembus ke arah garasi rumah. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Sementara itu, cagub Tarmizi Karim saat kejadian tidak berada di rumah,” tulis mediaindonesia.com, 18 November 2016.

Tiga hari setelah kejadian, mantan Dirjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kementerian Dalam Negeri itu menduga penembakan karena persoalan politik.

“Tidak ada persoalan lain, ini murni diindikasikan dengan masalah politik, karena saya mencalonkan diri sebagai Gubernur Aceh, dan teror semacam ini bukan hanya dialami oleh kami, tetapi juga oleh kandidat lain dengan berbagai macam teror,” ujar Tarmizi saat mendatangi lokasi berkumpulnya jurnalis di Banda Aceh, Sabtu, 19 November 2016, seperti dilansir dari kompas.com.

Irwandi Yusuf yang saat itu juga mencalonkan diri meminta kepolisian mengusut kasus tersebut karena teror itu dinilainya bisa mengancam pelaksanaan Pilkada secara damai.

“Irwandi berharap aksi pembunuhan, pengancaman dan teror yang dialami pihaknya pada Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh tahun 2012 tidak terulang kembali pada Pilkada tahun 2017,” tulis antaranews.com, Sabtu, 19 November 2016.

Kapolresta Banda Aceh saat itu, Kombes Pol T. Saladin mengungkapkan, berkas kasus penembakan rumah Tarmizi sudah dilimpahkan ke Polda Aceh. “Pengungkapan kasus tersebut sedang didalami,” ujar Saladin dikutip dari okezone.com, 21 November 2016.

Sementara Tarmizi mengatakan ia telah meminta penambahan pasukan dari Polda Aceh. Tindakan itu untuk mengantisipasi ancaman lain yang datang di kediamannya.

“Kita telah meminta penambahan pasukan kepada Polda Aceh. Jumlahnya kita tidak tahu, kita serahkan kepada aparat keamanan,” ujar Tarmizi.

Kala itu, untuk mengamankan Pilkada 2017, Polda Aceh menyebut akan mengerahkan sekitar 31 ribu personel tim gabungan dari TNI, Polri dan Linmas. Tim pengamanan disebar ke 23 kabupaten kota di Aceh.

Teror Granat di Rumah Cagub Bustami, Pengamat: Jangan Sembarangan Komentar, Serahkan ke Pihak Berwajib

Tahan Diri

Sebelumnya, pengamat politik dari Universitas Malikussaleh (Unimal) Lhokseumawe, M. Akmal, menganalogikan teror granat ke rumah Bustami semacam “pemantik api” yang diharapkan oleh pelaku bisa menjalar dan membakar “rumput-rumput kering”.

“Jika kita semua ikut meniup angin maka api akan menjalar dan semakin membakar. Aceh yang rugi besar,” ujar pengasuh tetap mata kuliah Studi Terorisme dan Gerakan Radikal tersebut kepada Line1.News, Senin, 2 September 2024.

Karena itu, Akmal berharap semua pihak menahan diri dengan tidak sembarangan berkomentar. “Jangan menambah situasi fitnah. Serahkan saja kepada pihak berwajib. Perlu dicari siapa pelakunya, suruhan siapa itu,” ujar Dosen Ilmu Politik FISIP Unimal tersebut.

Menurut Akmal, situasi aman dan damai dari beberapa kali pemilu di Aceh pascakonflik akan menjadi pegangan masyarakat. “Sebagai bentuk kesadaran politik masyarakat Aceh yang sudah sangat dewasa dalam berpartisipasi untuk terselenggaranya Pemilu dan Pilkada Damai di Aceh.”[]

Komentar

Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy