Indonesia Masih Impor Beras, Jokowi Dapat Medali dari FAO

Presiden Joko Widodo: Foto: Dok. Badan Pangan Nasional
Presiden Joko Widodo: Foto: Dok. Badan Pangan Nasional

Jakarta – Kepala Badan Pangan Nasional atau Bapanas, Arief Prasetyo Adi menuturkan Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa, Food and Agriculture Organization atau FAO, akan memberikan medali penghargaan Agricola Medal ke Presiden Joko Widodo dalam waktu dekat ini.

“Sesuai surat dari Director General FAO dari Roma, bahwa 30 Agustus nanti, FAO akan datang ke Indonesia memberikan penghargaan Agricola Medal ke Presiden Joko Widodo,” ujar Arief di acara Festival Pangan Nusantara, di Plaza Timur Gelora Bung Karno, Jakarta pada Minggu dikutip Rabu, 31 Juli 2024.

Agricola Medal, kata Arief, merupakan pemberian penghargaan kepada pimpinan negara sebagai bentuk pengakuan FAO atas kontribusi dan komitmen para kepala negara, yang dinilai memiliki upaya besar terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan ketahanan pangan.

Indonesia, kata dia, terakhir kali mendapatkan penghargaan FAO saat Soeharto berkuasa.

“Penghargaan FAO terakhir diberikan ke Indonesia itu 39 tahun lalu kepada Bapak Presiden Soeharto. Nah kita patut berbangga karena Agricola Medal ini diberikan karena Bapak Presiden [Jokowoi] tentunya bersama seluruh jajarannya, konsisten memerangi kelaparan dan kemiskinan serta penguatan ketahanan pangan dan gizi masyarakat,” ungkap Arief.

Di sisi lain, berbarengan dengan penyerahan medali itu, Indonesia hingga saat ini masih melakukan impor beras.

Dikutip dari bisnis.com, pemerintah pada 2024 mengalokasikan kuota impor pangan sebanyak 3,6 juta ton. Perum Bulog mencatat, realisasi impor beras terbaru mencapai 2,5 juta ton. Produksi yang anjlok hingga kebutuhan yang tinggi untuk program bantuan pangan dianggap jadi alasan pemerintah memutuskan untuk mengimpor beras.

Deputi III Kepala Staf Kepresidenan, Edy Priyono, mengakui produksi beras dalam negeri sedang kritis. Produksi beras pada Januari hingga April 2024 tercatat 10,27 juta ton, menurut hampir 2 juta ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

“Ini penurunan yang sangat besar, implikasinya surplus pada Januari-April jauh berkurang, dari sebelumnya 2,82 juta ton menjadi 0,67 juta ton [tahun ini]. Kemungkinan kita bulan depan akan mulai defisit,” ujar Edy dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi daerah, akhir bulan lalu.

Produksi beras yang anjlok tahun ini, kata Edy, tak terlepas dari penyusutan luas panen padi. Pada Januari hingga April 2023, luas panen padi tercatat mencapai 4,2 juta hektare. sedangkan luas panen tahun ini di periode yang sama hanya 3,5 juta hektare.[]

Komentar

Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy