Jakarta – Sejumlah menteri dan kepala lembaga yang tergabung dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Kamis sore dipanggil Presiden Joko Widodo. Pemanggilan ini terkait anjloknya nilai rupiah akibat naiknya dolar Amerika Serikat (AS).
Para menteri yang hadir antara lain Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Datang juga Ketua Otoritas Jasa Keuangan Mahendra Siregar dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.
Mereka datang satu per satu pada waktu yang berbeda. Sri Mulyani mengiyakan saat ditanya rapat membahas dolar AS.
Baca: Rupiah Terus Melemah, Banggar DPR: Kesampingkan Dulu Kepentingan Sesaat Antar Elit
Nilai tukar rupiah tercatat melemah 5,92 persen terhadap dolar AS dari level akhir Desember 2023. Bahkan pelemahan ini sempat membuat rupiah jatuh ke level Rp 16.400 per dolar AS. Bahkan pada Jumat, 14 Juni 2024, mata uang Garuda Pancasila berada di posisi Rp16.412 per dolar AS.
Airlangga Hartarto mengatakan pelemahan nilai mata uang tidak hanya menimpa rupiah, tapi juga mata uang negara lainnya. Hal ini, kata dia, terjadi karena kondisi perekonomian Amerika Serikat sedang sangat baik. Akibatnya, secara otomatis membuat nilai mata uang Negeri Paman Sam itu melejit dan menekan mata uang lainnya.
“Kita monitor saja, karena memang kan terhadap berbagai currency, US dolar kuat. Dan ekonomi US memang membaik,” ujar Airlangga saat ditemui wartawan di kantornya, Kamis dikutip Jumat, 21 Juni 2024.
Oleh karena itu, kata Airlangga, kementeriannya hanya bisa terus memantau perubahan nilai mata uang AS itu. Sebab, Bank Indonesia yang memiliki otoritas lebih terkait pemantauan hingga intervensi terhadap perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
“Kita monitor saja, karena BI yang akan terus juga memonitor secara daily.”[]
Komentar
Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy