Takengon – Dua puluh empat tahun berlalu, Ansari, 68 tahun, dan ketiga sejawatnya yang menjadi korban konflik Aceh pada 2000 lalu, sampai saat ini belum mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Rumah Ansari beserta isinya di Desa Pantan Gading, Kecamatan Jagong Jeged, Aceh Tengah, hangus dibakar oleh orang tak dikenal ketika konflik meletus antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Pemerintah Republik Indonesia.
“Pada saat itu rumah saya dan rumah Haji Parno, rumah Haji Selamet serta rumah Pak Tohari, hangus terbakar,” ujar Ansari kepada Line1.News, Selasa, 7 Januari 2025.
“Kehidupan saya hancur sejak saat itu karena [tempat] usaha saya juga ikut dibakar waktu itu,” imbuhnya.
Ia juga mengatakan sampai saat ini mereka belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah atas kejadian pilu yang dialaminya kala Darurat Militer diberlakukan di Bumi Serambi Mekah.
Ansari sudah pernah melengkapi berkas untuk mendapat bantuan rumah dari Badan Reintegrasi Aceh (BRA). Namun hingga kini ia mengaku belum mendapat bantuan yang dijanjikan tersebut.
“Waktu itu saya sudah pernah urus bantuan rumah ke BRA dengan mengajukan berkas-berkas bukti saya menjadi korban konflik pada tahun 2000 yang dikeluarkan oleh Kepolisian, Badan Reintegrasi Damai Aceh, Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Aceh (KKR), dan surat dari Camat Jagong, namun tidak ada hasilnya,” ungkapnya.
Waktu itu ia juga mengaku diminta sejumlah uang oleh oknum petugas yang mengurus program bantuan rumah. Petugas itu menjanjikan Ansari diutamamakan mendapatkan bantuan rumah dari pemerintah melalui BRA.
Setelah rumahnya dibakar, Ansari mengaku belum memiliki rumah. Dia sekarang hidup menumpang di rumah anaknya.
“Saya berharap semoga pemerintah dapat memberi bantuan [rumah] pada kami orang-orang yang menjadi korban pada konflik Aceh.”[]
Komentar
Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy