Lhokseumawe – Program Studi Arsitektur Universitas Malikussaleh (Unimal) menyelenggarakan sidang Studio Desain Arsitektur Akhir (SDAA) dengan menghadirkan empat praktisi dari Dinas PUPR, Bappeda, Inspektorat Kota Lhokseumawe, serta perwakilan IAI Aceh. Sidang SDAA itu telah dilaksanakan di empat ruangan di Kampus Arsitektur Unimal, Lancang Garam, Kota Lhokseumawe, Senin, 9 Desember 2024. Sidang dihadiri 12 kelompok mahasiswa yang beranggotakan 4-5 mahasiswa per kelompok.
Sidang SDAA ini menghadirkan Noni Warliana, S.T., dari Dinas PUPR Kota Lhokseumawe, Dahriana, S.T., M.M., dari Bappeda Kota Lhokseumawe, dan Zainul Furqan, S.T., dari Inspektorat Kota Lhokseumawe. Selain itu, dihadiri Malik perwakilan dari Ketua IAI Aceh sebagai tim penguji sidang SDAA.
Adapun Tim Penguji Sidang SDAA dari Dosen Prodi Arsitektur Unimal, Yenny Novianti, S.T., M.T., Dr. Atthaillah, S.T., M.Arch., Cut Azmah Fithri, S.T., M.T., dan Nasruddin, S.T., M.T.
Pembimbing mahasiswa sidang SDAA, Erna Muliana, S.T., M.M.S., dalam sambutannya menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada tim penguji dari dinas terkait yang telah hadir dan berbagi ilmu praktis kepada mahasiswa.
“Dengan tema desain SDAA yang berangkat dari isu sosial yang ada di Kota Lhokseumawe, kegiatan ini memberikan wawasan kepada mahasiswa untuk lebih objektif dalam menjawab isu sosial yang ada di Kota Lhokseumawe dari sebuah desain arsitektural,” kata Erna Muliana yang sekaligus menjadi moderator sidang itu.
Krisis Air Bersih dan Minim Hutan Bakau
Pada sidang SDAA yang diuji oleh Noni Warliana (PUPR Kota Lhokseumawe), isu sosial yang diangkat mahasiswa adalah pengolahan air bersih yang terintegrasi oleh hutan bakau. Raihan Fadzri sebagai mahasiswa perwakilan kelompok 1-3 menjelaskan bahwa terjadi krisis air bersih serta kurangnya perhatian pemerintah terhadap hutan bakau di Gampong Mon Geudong, Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe.
Melalui desain arsitektural yang dirancang oleh Kelompok 1-3, Raihan Fadzri dan kawan-kawan menyampaikan konsep wisata edukasi sebagai jawaban dari isu sosial tersebut. “Wisata untuk hutan bakau dan edukasi untuk pengolahan air bersih,” tutur Raihan Fadzri.
Pada sesi tanya jawab, Noni Warliana menyampaikan bahwa sebelumnya sudah ada diskusi dengan Wali Kota Lhokseumawe mengenai hutan bakau. “Hutan bakau di Kota Lhokseumawe memang sangat minim,” ucap Noni.
Mengenai air bersih, Noni menyampaikan pasokan air bersih di Kota Lhokseumawe hanya dari satu sumber dan memang sangat kurang untuk warga.
Noni juga menyampaikan kepada mahasiswa untuk lebih memperhatikan peraturan yang ada, baik itu dari PUPR maupun instansi lain untuk menjadi landasan pembangunan dalam menjawab isu sosial tersebut.
Selanjutnya, tim penguji juga mengapresiasi dan menyampaikan pujian terhadap keluaran produk mahasiswa dalam bentuk poster, maket, dan animasi. “Maket, poster, dan animasi sudah cukup baik,” ucap Yenny Novianti, dosen Prodi Arsitektur selaku penguji 2.
Yenny juga memberikan saran untuk lebih memperjelas gambar kerja sehingga dapat benar-benar diwujudkan dalam menjawab isu sosial melalui sebuah desain arsitektural.
Dalam sesi penutupan, Raihan Fadzri sebagian perwakilan kelompok juga mengucapkan terima kasih kepada tim penguji atas saran dan masukkan yang telah diberikan.
Erna Muliana selaku pembimbing dan moderator berharap kegiatan ini dapat menjadi jembatan antara teori akademik dan praktik professional. Selain itu, dapat membekali mahasiswa dalam memahami secara mendalam realitas dalam proses pembangunan yang menjawab isu sosial khususnya di Kota Lhokseumawe.[]
Komentar
Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy