Mirisnya Kisah Nabawi, Pemuda Bireuen Jadi Korban Job Scamming di Kamboja

Haji Uma
Haji Uma membantu proses pemulangan Muhammad Nawawi (baju hoodie hitam) korban job scamming di Kamboja. Foto: Istimewa

Bireuen – Muhammad Nabawi, 19 tahun, telah tiba di rumahnya di Gampong Blang Dalam, Kecamatan Jeumpa, Bireuen pada Sabtu, 14 Desember 2024. Nabawi dipulangkan dari Kamboja setelah menjadi korban job scamming atau penipuan kerja di Negara Angkor Wat tersebut.

Pemulangan Nabawi dibantu Anggota Dewan Perwakilan Daerah asal Aceh, Sudirman atau Haji Uma. Menurut Haji Uma, Nabawi masuk ke Kamboja pada 5 Juli 2024 lewat perantara seorang agen yang dikenal melalui temannya.

Selama di Kamboja, Nabawi awalnya dipekerjakan di perusahaan kasino, lalu dipindahkan ke perusahaan scamming. Dia sempat mengalami perlakuan kekerasan hingga dirawat di rumah sakit.

Bahkan, sejak 18 Oktober 2024, Nabawi ditahan di sebuah gedung tempat ia bekerja dengan alasan menunggu agen lain menebusnya. Selama disekap, Nabawi mengalami tindak kekerasan, baik fisik maupun mental.

Dia juga diminta membayar uang tebusan Rp30 juta agar paspornya dikembalikan. Selain itu, Nabawi juga diharuskan mengganti uang sewa kamar dan makan Rp10 juta.

Gedung tempat Nabawi disekap juga dijaga ketat sekuriti sehingga ia tidak bisa kemanapun. Nabawi juga diancam bakal dijual ke pasar gelap di Myanmar jika tidak mampu membayar denda yang ditentukan.

Keluarga Nabawi tak mampu menebus denda tersebut. Mereka kemudian menghubungi Haji Uma untuk perlindungan, pencarian dan penjemputan Nabawi dari Kamboja. Mereka juga mengajukan laporan ke Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kamboja melalui hotline Lindungi WNI.

Haji Uma kemudian menyurati dan berkoordinasi secara intensif dengan Direktorat Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri untuk upaya perlindungan dan pemulangan Nabawi.

Baca Juga: Judi Online Dioperasikan dari Mekong Raya, Operator Direkrut dari Indonesia

Upaya itu berhasil. Pada 8 November 2024, kepolisian Kamboja menjemput Nabawi. Dia dibawa ke kantor polisi Provinsi Sanvy dan berada di sana sekira 31 hari. Lalu pada 10 Oktober 2024, Nabawi diserahkan ke Imigrasi Kamboja di Phnom Penh.

Dua bulah lebih di sana, Nabawi baru dipulangkan ke Indonesia pada Jumat, 13 Desember 2024 melalui Bandara Kuala Namu, Sumatra Utara. Dari Bandara, dia dijemput mobil yang disewa Haji Uma.

Sang Senator juga ikut membayar sebagian biaya tiket pemulangan Nabawi dari Kamboja ke Indonesia. Selain itu, Haji Uma meminta pendampingan dari Balai Pelayanan dan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Aceh saat Nabawi tiba di Kuala Namu.

“Alhamdulillah saat ini Muhammad Nabawi sudah berkumpul dengan keluarga di Aceh, kita berharap ke depan tidak ada lagi warga Aceh yang menjadi korban penipuan kerja di luar negeri,” ujar Haji Uma dikutip Minggu, 15 Desember 2024.

Puluhan Warga Aceh Masih Jadi Korban Job Scamming

Haji Uma mengaku sangat kewalahan menangani masalah penipuan kerja yang terus berulang menimpa warga Aceh. Berdasarkan data, saat ini diperkirakan puluhan warga Aceh masih tertahan di Kamboja, Myanmar dan Laos sebagai korban job scamming.

Banyaknya warga Aceh terjerat penipuan kerja, kata Haji Uma, karena ada agen yang juga warga Aceh mencari calon korban karena besarnya keuntungan yang diperoleh. Para agen ini tersebar di Bireuen, Lhokseumawe dan Langsa.

Sebagian besar warga Aceh diberangkatkan melalui Malaysia, baru kemudian menuju negara tujuan. Para agen disebut Haji Uma memiliki jaringan rapi dan teroganisir. Termasuk disinyalir ada oknum tertentu di Imigrasi membantu penerbitan paspor yang biasanya melalui Imigrasi Langsa.

“Biasanya mereka diberangkatkan dulu ke Malaysia sebelum kemudian menuju ke negara tujuan. Karena itu, kita meminta bantuan komunitas PPAM (Persatuan Perantau Aceh Malaysia) di Malaysia untuk berkoordinasi intensif dengan pihak keluarga dalam kasus Muhammad Nabawi kemarin.”

Haji Uma berharap semua pihak bersama-sama menyebarkan informasi kepada publik untuk mencegah warga Aceh menjadi korban penipuan kerja berikutnya di sejumlah negara seperti Kamboja, Laos, Myanmar dan lainnya. Sebab, walaupun telah memakan banyak korban, belum semua masyarakat Aceh mendapatkan informasi terkait job scamming sehingga masih banyak yang tergiur iming-iming gaji besar.[]

Komentar

Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy