Judi Online Dioperasikan dari Mekong Raya, Operator Direkrut dari Indonesia

Mobil Mewah Rolls Royce di sisi Sungai Mekong Laos. Foto: Crisis Group
Mobil Mewah Rolls Royce di sisi Sungai Mekong Laos. Foto: Crisis Group

Jakarta – Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri Irjen Krishna Murti menyebutkan mayoritas bandar judi online mengoperasikan kejahatannya dari area Mekong Raya.

“Para pelakunya adalah para kelompok-kelompok organized crime yang mengoperasikan perjudian online ini dari Mekong Region Countries,” ujar Krishna di Mabes Polri, Jakarta, Jumat dikutip Minggu, 23 Juni 2024.

Menurut Krishna, persoalan judi online tak hanya menimpa Indonesia, melainkan negara tetangga di Asia Tenggara lainnya. Ia menjelaskan bahwa judi online sebagai kejahatan lintas negara atau transnational organized crime semakin marak sejak masa pandemi Covid-19.

Sebab, para penjudi di wilayah Mekong Raya mengalami pembatasan mobilisasi. “Karena adanya limited of movement, para travelers tidak bisa berjudi, mereka mengembangkan judi online,” ujarnya.

Sejak itulah, kata Krishna, judi online makin berkembang ke seluruh wilayah-wilayah, bahkan sampai ke Amerika.

Para bandar judi online di Mekong Raya pun merekrut para operator-operatornya dari negara yang menjadi pasar perjudian tersebut. Krishna mencontohkan, jika para bandar ingin mengembangkan judi online ke Indonesia, maka akan merekrut orang-orang Indonesia.

“Ratusan orang diberangkatkan, direkrut dari Indonesia diberangkatkan ke negara tersebut, kemudian mereka melakukan kegiatan operator dengan tentunya diorganisir oleh kelompok mafia-mafia yang sudah mengendalikan judi tersebut.”

Mekong Raya Pusat Kriminalitas

Mekong Raya atau Greater Mekong Subregion merupakan wilayah cekungan Sungai Mekong di Asia Tenggara. Sungai Mekong adalah sungai terpanjang ke-12 di dunia, mengalir melalui provinsi Yunnan di Cina dan Daerah Otonomi Guangxi Zhuang, Myanmar, Thailand, Laos, Kamboja, dan Vietnam.

Mengutip laporan International Crisis Group (ICG) pada 2023, sebagian Sungai Mekong, khususnya di sepanjang 100 kilometer perbatasan Myanmar (Negara Bagian Shan) dan Laos (Provinsi Bokeo), telah lama menjadi pusat kriminalitas lintas negara.

Banyak kejahatan dioperasikan dari sana. Mulai dari penyelundupan, perjudian, penipuan online, pencucian uang, produksi dan perdagangan narkoba, hingga perdagangan satwa liar ilegal. Semua kejahatan ini berkembang pesat selama lima belas tahun terakhir karena kawasan itu jauh dari jangkauan kekuasaan pemerintah.

Sejauh ini, tulis ICG, Cina menjadi aktor yang paling berpengaruh dan dapat memainkan peran penting jika mereka mau memberantas kejahatan di kawasan itu. Tapi, Cina cenderung hanya berfokus pada penegakan hukum secara selektif. Tiongkok hanya memberikan respons ketika menganggap kepentingan nasional mereka berada dalam ancaman langsung.

“Termasuk tindakan keras terhadap perjudian online dan upaya untuk menghentikan operasi penipuan online di seluruh Asia Tenggara. Pada saat yang sama, Tiongkok mengabaikan sebagian besar kejahatan di lokasi yang dikendalikan oleh entitas dan perusahaan yang bersahabat dengan Tiongkok.”[]

Komentar

Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy