Banda Aceh – Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) yang dicanangkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi memberikan banyak manfaat bagi mahasiswa dan institusi. Hal ini diakui Dosen Universitas Syiah Kuala (USK) Febi Mutia saat berbagi pengalaman mengorganisasi PMM di kampusnya, dalam sebuah acara di RRI Banda Aceh beberapa waktu lalu.
“Program ini membuka peluang bagi mahasiswa untuk belajar dan beradaptasi dengan budaya akademik di universitas lain di seluruh Indonesia. Selain itu, mereka juga mendapatkan kesempatan untuk mengenal kebudayaan lokal dan memperluas jaringan pertemanan,” ujar Febi yang juga dosen pembimbing PMM 4 Kelompok Kupula, dalam keterangan yang dikutip Rabu, 29 Mei 2024.
Ia menyoroti pentingnya persiapan yang matang sebelum program dimulai. “Kami melakukan koordinasi intensif dengan universitas mitra untuk memastikan kurikulum yang akan diambil mahasiswa sesuai dan dapat diakui kreditnya di universitas asal. Selain itu, kami juga mengadakan sesi orientasi untuk memperkenalkan mahasiswa pada lingkungan dan budaya lokal melalui kegiatan Modul Nusantara,” ujar Febi.
Dalam acara yang sama, hadir juga Ari Maulana dan Azzah Nazhifah. Kedua mahasiswa ini menjelaskan peran penting Liaison Officer atau LO sebagai pembantu tugas dosen pembimbing demi kelancaran program.
“Kami berperan sebagai penghubung antara mahasiswa, dosen, dan universitas. Tugas kami meliputi pendampingan mahasiswa sejak kedatangan, membantu dalam proses administrasi, hingga memastikan mereka mendapatkan pengalaman belajar yang optimal,” ujar Ari.
Tantangan yang mereka hadapi, sambung Azzah, penyesuaian mahasiswa dengan lingkungan baru. “Beberapa mahasiswa awalnya merasa kesulitan menyesuaikan diri dengan perbedaan budaya dan sistem pembelajaran. Namun, dengan bimbingan dan dukungan yang kontinu, mereka mampu beradaptasi dengan baik.”
Febi menjelaskan, program PPM di USK tidak hanya menjadi ajang pertukaran ilmu pengetahuan, tapi juga menjadi sarana mempererat persatuan dan kesatuan bangsa melalui pemahaman serta penghargaan terhadap keberagaman.
Kelompok Kupula sendiri telah mengadakan 16 sesi Modul Nusantara dengan ragam kegiatan kebinekaan, refleksi, inspirasi dan kontribusi sosial. Selama lima bulan terakhir, kata Febi, mahasiswa dari seluruh Indonesia yang tergabung di kelompok tersebut, mengunjungi beberapa titik edukasi sejarah penting di Aceh seperti Masjid Raya Baiturrahman, Museum Aceh dan Museum Tsunami, Sabang, bahkan ke CRU Sampoiniet Aceh Jaya.
Febi berharap program itu terus berlanjut dan semakin banyak mahasiswa yang dapat merasakan manfaatnya.
Pertukaran Mahasiswa Merdeka atau PMM merupakan salah satu program yang dirancang Kemendikbudristek sebagai bagian dari sistem Kampus Merdeka. Selama satu semester, mahasiswa yang ikut program ini akan belajar di perguruan tinggi lain di Indonesia, yang ditetapkan sebagai penerima PMM.
Untuk PMM 4, ada 214 kampus di seluruh Indonesia yang telah ditetapkan sebagai perguruan tinggi penerima PMM. Rinciannya, 52 perguruan tinggi di Sumatra, 114 di Jawa, 12 di Bali-Nusa Tenggara, 7 di Maluku dan Papua, 21 di Sulawesi, dan 8 di Kalimantan.[]
Komentar
Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy