Deflasi 5 Bulan Beruntun, BPS Enggan Akui Daya Beli Masyarakat Menurun

Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti. Foto: liputan6.com
Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti. Foto: liputan6.com

Jakarta – Selima lima beruntun sejak Mei hingga September, Indonesia diterpa deflasi atau penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya beberapa indeks kelompok pengeluaran.

Pelaksana tugas Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, deflasi yang terjadi tersebut lebih disebabkan pasokan barang pangan yang berlimpah.

Dilansir dari CNBC Indonesia, Kamis, 3 Oktober 2024, Amalia enggan menyimpulkan deflasi itu akibat dari daya beli masyarakat yang tengah merosot.

“Apakah ini indikasi penurunan daya beli masyarakat, tentu untuk kita menghubungkan apakah ini ada penurunan daya beli masyarakat kita harus melakukan studi lebih dalam karena angka indeks harga konsumen ini adalah yang kita catat berdasarkan harga yang diterima konsumen,” ucap Amalia saat konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Selasa 1 Oktober 2024.

Amalia menekankan, deflasi lima bulan beruntun ini disebabkan pasokan harga pangan seperti komoditas cabai merah, cabai rawit, tomat, daun bawang, kentang, wortel, telur ayam, hingga daging ayam ras.

Baca Juga: Aceh Catat Deflasi 0,52 Persen, Inflasi 1,5 Persen

“Tentunya dengan angka yang direkam BPS melalui IHK (Indeks Harga Konsumen) karena terjadi penurunan harga, dan ini dipengaruhi mekanisme pembentukan harga di pasar, terutama dari sisi supply atau penawaran sehingga harga yang diterima konsumen relatif turun,” ujar mantan Deputi Bidang Ekonomi Bappenas ini.

Adapun persentase deflasi pada Mei 2024 sebesar 0,03 persen, Juni 0,08 persen, dan Juli 0,18 persen. Lalu, pada Agustus 0,03 persen, dan per September makin dalam menjadi 0,12 persen.

Kondisi serupa pernah terjadi usai krisis moneter 1998. Sejak Maret hingga September 1999, Indonesia mengalami deflasi setelah dilengserkannya Suharto.

Namun, Amalia mengatakan saat itu deflasi terjadi setelah depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

“Setelah diterpa inflasi yang tinggi, sempat waktu itu inflasi tinggi karena terjadinya depresiasi nilai tukar, tapi kemudian tekan depresiasi turun otomatis harga-harga mulai kembali keseimbangan baru terjadi deflasi.”[]

Komentar

Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy