Jantho – Sebuah branwir merah milik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Aceh Besar berdiri di sisi Kolam Mata Ie, kawasan Geundring, Darul Imarah, Jumat, 12 Juli 2024.
Seorang petugas memasukkan selang besar yang tersambung dari badan mobil ke dalam kolam wisata pemandian tersebut. Seiring bunyi mesin penyedot, air dari kolam masuk ke dalam tangki mobil pemadam kebakaran tersebut. Beberapa bocah yang sedang mandi berhenti sejenak dan meriung di jembatan untuk menyaksikan kejadian “langka” tersebut.
Imbas kekeringan yang melanda Kecamatan Lhoknga, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Besar terpaksa meminta izin Komandan Resimen Induk Daerah Militer Iskandar Muda (Danrindam IM), Kolonel Inf Hasandi Lubis, untuk mengambil air dari Kolam Mata Ie.
Hasandi mengizinkan. “Pemerintah Kabupaten Aceh Besar dapat mengambil air di lokasi pemandian ini, sehingga tidak perlu jauh lagi untuk mengambil air ke Siron,” ujar Kolonel Hasandi saat bertemu Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Aceh Besar, Ridwan Jamil, di Kolam Mata Ie, Jumat.
Menurut mantan Dandim Aceh Besar ini, air dari kolam Mata Ie layak digunakan untuk kebutuhan rumah tangga. Dia berharap air itu dapat membantu penyaluran air bersih bagi masyarakat yang terdampak kekeringan di kawasan Lhoknga dan sekitarnya.
Kolam Mata Ie sendiri pernah kering pada April 2017 akibat kemarau panjang.
Dengan mengambil air di Mata Ie, armada tangki air Pemkab Aceh Besar tak perlu mengambil air dari PDAM Tirta Mountala di Siron, Kecamatan Ingin Jaya. Jaraknya cukup jauh dari Lhoknga, sekira 19 kilometer. Sedangkan dari Mata Ie ke Lhoknga jarak tempuhnya lebih kurang setengah jam perjalanan. Waktu yang diperlukan untuk mengisi penampungan air di beberapa gampong di Lhoknga jadi lebih singkat.
Ridwan Jamil mengapresiasi kepedulian Hasandi terhadap masalah kekeringan di Lhoknga. “Pak Hasandi mengajak seluruh armada mobil tangki BPBD untuk mengambil air di kolam pemandian Mata Ie,” ujarnya.
Sebelumnya, Penjabat Bupati Aceh Besar, Muhammad Iswanto meminta warga Kecamatan Lhoknga dan Peukanbada melaksanakan istisqa atau salat minta hujan. Menurut Iswanto, salat istisqa bagian dari ikhtiar dan doa untuk mengakhiri musim kemarau yang melanda wilayah Aceh Besar dan berdampak kekurangan air bersih bagi masyarakat Lhoknga dan Peukanbada akibat menurunnya permukaan mata air.
Solusi lainnya adalah membuat sumur bor di empat masjid di Lhoknga dan di setiap gampong. Khusus sumur bor meunasah, ditalangi dengan dana tanggap darurat di Dana Gampong. “Untuk sumur bor masjid Kemukiman akan ditalangi melalui dana CSR dari PT SBA (Solusi Bangun Andalas). Intinya, kesepakatan itu telah ada dan dibahas melalui beberapa kali rapat koordinasi gabungan.”
Penyebab Kekeringan
Akhir Mei lalu, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Aceh menyatakan salah satu penyebab kekeringan Lhoknga karena kemarau berkepanjangan.
Kepala Dinas ESDM Aceh Mahdinur menyebutkan, air tanah di Kecamatan Lhoknga sebagian besar berasal dari daerah karst pada media rekahan di bawah tanah. Aliran air pada media rekahan ini, kata Mahdinur, sangat bergantung pada tingkat curah hujan.

Berdasarkan data curah hujan dari Stasiun Klimatologi BMKG Indrapuri, awal 2024 curah hujan rata-rata berada di bawah 100 mm, pada Februari hanya 48 mm dan April 60 mm. Kondisi curah hujan yang rendah ini bahkan bersifat di bawah normal.
Penyebab lainnya, perubahan tutupan lahan pada zona-zona resapan. Secara hidrogeologis, kata Mahdinur, berdasarkan kajian ilmiah 2007 dan 2021, sumber air pada Pucok Krueng yang berdekatan dengan Gampong Naga Umbang merupakan sebuah sistem hidrologi karst yang airnya terkoneksi dengan Gua Uleu. Zona resapan aliran Pucok Krueng berbeda dengan zona resapan lokasi PT SBA yang arah aliran air tanahnya menuju ke barat atau laut.[]
Komentar
Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy