Tertinggi Sepanjang Sejarah, Harga Gabah Arabika di Gayo Lues Rp600 Ribu Per Kaleng!

Gabah kopi yang dijemur
Gabah kopi yang dijemur. Foto for Line1.News

Blangkejeren – Harga gabah kopi Arabika di Gayo Lues hari ini tembus Rp600 ribu per kaleng, Kamis, 2 Oktober 2025, naik Rp100 ribu dari kemarin. Satu kaleng setara dengan 10 bambu.

Anuar, petani kopi Arabika di Kecamatan Blangkejeren, menyebutkan bulan-bulan sebelumnya harga gabah kopi di Gayo Lues hanya dibeli agen penampung Rp50 ribu hingga Rp52 ribu per bambu atau Rp500 ribu hingga Rp520 ribu per Kaleng.

Seiring waktu, kata dia, harga kopi Arabika di Gayo Lues terus mengalami kenaikan. Mulai dari Rp500 ribu per kaleng naik menjadi Rp520 ribu, Rp550 ribu, Rp580 ribu, dan Rp600 ribu per kaleng.

Menurut Anuar, harga jual gabah kopi Arabika hari ini tertinggi sepanjang sejarah.

“Selama ini belum pernah mencapai Rp600 ribu per kaleng. Harga ini untuk gabah kopi berkualitas paling bagus. Kalau banyak sampah ketika digiling, banyak kulit ketika dijemur, itu harganya di bawah Rp600 ribu per kaleng,” ungkapnya.

Setiap agen penampung gabah kopi di Gayo Lues, kata Anuar, mematok harga berbeda, tergantung dengan kualitas kopi yang dijual petani.

Dia menilai salah satu faktor yang mempengaruhi naiknya harga gabah Arabika di Gayo Lues karena rasa kopinya yang enak.

“Pas di lidah dan banyak digemari pembeli dari luar daerah dan luar negeri, sehingga permintaan meningkat.”

Pedagang pengepul kopi di Gampong Rembele, Bener Meriah
Pedagang pengepul kopi di Gampong Rembele, Bener Meriah. Foto for Line1.News

Sementara Kamis pekan lalu, 25 September 2025, harga kopi gelondong di Bener Meriah mencapai Rp24 ribu per bambu.

“Rata-rata harga beli di beberapa pengepul Rp22-23 ribu per kilogram,” ujar Fauzan, petani kopi di Rembele.

Ada juga pedagang pengepul yang membeli dengan harga tertinggi Rp24 ribu per bambu. “Syaratnya kopi harus dirimbang (rendam) atau disortir dengan air untuk memisahkan biji kopong dengan biji yang bagus,” ungkapnya.

Harga kopi gelondong yang tinggi, kata Fauzan, disebabkan permintaan pasar yang tinggi.

“Tapi produksi buah kopi di kebun-kebun petani [di Rembele] tahun ini untuk masa panen 2025-2026 sedikit berkurang dibandingkan tahun lalu.”[]

Komentar

Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy