Di dalam khazanah Islam, nama Abu Sufyan bin al-Harits (bedakan dari Abu Sufyan bin Harb) pernah dikenal sebagai dedengkot kaum musyrikin Makkah. Dia juga sohib dan kaki tangan Abu Lahab.
Rasulullah SAW bahkan pernah mengimbau kaum Muslimin membunuh Abu Sufyan. Sebab, ia acapkali membikin onar, memerangi Islam, dan mengucapkan kata-kata yang menghina risalah tauhid.
Saat Perang Badar, Abu Sufyan tampil terdepan untuk memukul mundur barisan Muslimin. Apa daya, pasukan musyrikin Quraisy justru kocar-kacir menghadapai sekira 313 pasukan Muslimin.
“Kami berhadapan dengan orang-orang yang berpakaian serba putih. Mereka mengendarai kuda hitam (berwarna) belang putih. Mereka menyerbu dari langit dan bumi. Tidak serupa dengan satu pun yang pernah kita lihat. Mereka pun tidak terhalangi apa pun,” tutur Abu Sufyan bin al-Harits saat ditanya Abu Lahab tentang keadaan pasukan di Badar.
Saat itu, karena keyakinannya masih musyrik, Abu Sufyan belum paham kalau orang-orang yang ia lihat itu tak lain adalah pasukan malaikat yang datang menolong Rasululullah.
Sesudah Perang Badar dan hijrah ke Yastrib atau Madinah, posisi umat Islam kian jaya. Tinggal menunggu waktu, maka Makkah akan dikepung dan dikuasai pasukan Muslimin.
Sebelum itu terjadi, Abu Sufyan bin al-Harits tiba-tiba ingin menemui langsung Rasulullah SAW. Dia hendak memeluk Islam.
Namun, dia masih terlalu takut untuk secara terang-terangan menghadap Rasulullah. Maka, Abu Sufyan bersama anaknya datang dengan menyamar. Ketika di Abwa’, keduanya melihat rombongan Nabi Muhammad SAW yang sedang bersama beberapa sahabat.
Ketika rombongan itu singgah, langsung saja Abu Sufyan menjatuhkan diri dari atas kudanya ke hadapan Rasulullah SAW. Dibukanya penutup wajah, sehingga tampak siapa dirinya. Nabi awalnya memalingkan muka. Maka Abu Sufyan menghampirinya dari arah lain. Namun, Rasulullah tetap menghindar dari menatap wajah Abu Sufyan.
Maka Abu Sufyan dan putranya mengucapkan secara bersama-sama, “Asyhadu an laa ilaaha illa Allah, wa asyhadu anna Muhammad ‘abduhu wa rasuluh.” Abu Sufyan lantas mendekati Rasulullah SAW dan berkata, “Semoga tidak ada dendam dan penyesalan antara diri engkau dan diriku, wahai Rasulullah.”
“Tidak ada dendam dan penyesalan, wahai Abu Sufyan,” jawab Rasulullah SAW.
Sejak saat itu, mantan musuh Islam ini menjadi sahabat yang setia. Nabi Muhammad SAW lantas menyuruh Ali bin Abi Thalib untuk mengajarkan kepadanya ibadah-ibadah wajib dan dasar-dasar agama.[]
Komentar
Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy