Khutbah Jumat: Dua Mukjizat Nabi Muhammad yang Tidak Populer

Makam Nabi Muhammad SAW di Masjid Nabawi. Foto: Antara
Makam Nabi Muhammad SAW di Masjid Nabawi. Foto: Antara

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Sudah sepatutnya kita bersyukur atas segala anugerah yang diberikan Allah kepada kita, khususnya anugerah iman dan Islam. Sebagaimana dikatakan Syekh Nawawi al-Bantani di dalam kitabnya, Qathrul Ghaits: sebaik-baiknya anugerah adalah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Tentu saja ketaatan itu didasari oleh adanya iman dan Islam.

Kemudian shalawat dan salam semoga kita istiqamahi untuk Nabi kita Sayyiduna Muhammad SAW, serta untuk keluarga dan para sahabatnya.

Nabi Muhammad merupakan makhluk paling mulia, bahkan menjadi panglima para nabi dan rasul Allah. Keistimewaan ini tentu saja merupakan kehendak Allah, sehingga tidak ada satu pun dari makhluk-Nya yang berani mengajukan komplain. Dan keputusan Allah ini juga berbanding lurus dengan kepribadian Nabi Muhammad sebagaimana diceritakan di dalam buku-buku sejarah.

Selain itu, keputusan Allah tersebut juga selaras dengan ujian yang menimpa Baginda Nabi Muhammad SAW, mulai beliau menjelang lahir hingga wafat pada usia 63 tahun. Namun yang pasti, beragam cobaan yang dihadapi Nabi tidak membuat gentar dan takut untuk memperjuangkan agama Allah.

Di dalam hadis Nabi yang diriwayatkan Imam at-Tirmidzi di dalam kitabnya, Sunan at-Tirmidzi, disebutkan: “Sesungguhnya ketika Allah menyukai sebuah kaum maka akan memberi cobaan terhadap mereka. Maka siapa saja yang rela – menerima (akan cobaan tersebut) maka akan mendapatkan ridha-Nya, dan siapa saja yang membenci (cobaan tersebut) maka akan mendapatkan murka-Nya”.

Dengan demikian, maka wajar kiranya bila cobaan yang menghampiri Nabi Muhammad datang bertubi-tubi dan bermacam-macam, sebab derajat Nabi sedang menuju tingkatan yang paling tinggi di antara seluruh makhluk-Nya.

Jamaah Shalat Jumat yang dirahmati oleh Allah

Meskipun Nabi dilanda berbagai macam cobaan, namun Allah tidak membiarkan menghadapi sendirian, terlebih ketika cobaan tersebut berkaitan dengan tanda-tanda kerasulan Nabi. Maka agar masyarakat jazirah Arab pada waktu itu mempercayainya, Allah memberikan segudang keistimewaan kepada Nabi sebagai tanda kebenaran status Nabi sebagai utusan Allah.

Keistimewaan dimaksud bersifat kejadian di luar kebiasaan manusia, atau yang biasa disebut mukjizat. Maka kita mendengar kisah Nabi dapat membelah bulan, bisa mengeluarkan air dari jari-jarinya, sepotong roti yang dibagi Nabi dapat mengenyangkan rombongannya, melakukan Isra’ Mi’raj dalam waktu semalam, serta mukjizat yang akan abadi hingga kiamat nanti, yaitu Al-Qur’an.

Itulah sebagian mukjizat Nabi yang sudah masyhur di kalangan kita. Namun masih ada mukjizat Nabi yang barangkali belum cukup populer di telinga kita. Misalnya, mukjizat yang diriwayatkan Imam Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab Shahih-nya: “Nabi melarang para sahabatnya melakukan puasa wishal (puasa terus-menerus tanpa berbuka berlanjut hingga hari esoknya) sebagai bentuk kasih sayang kepada mereka. Kemudian para sahabat mengomentari, ‘sesungguhnya Anda sendiri melakukan wishal’. Nabi menjawab, ‘sesungguhnya kondisi (fisik)ku tidak sama seperti kondisi kalian, sesungguhnya Tuhanku yang memberikan aku makan dan minum”.

Imam Al-Qasthalani di dalam kitabnya, Irsyadus Sari li syarhi Shahihil Bukhari, mengatakan Nabi diberi makan dan minum oleh Allah bukan bermakna secara hakiki, melainkan Allah menganugerahi kekuatan layaknya orang setelah makan dan minum. Sebab jika dimaknai secara hakiki maka tentu saja Nabi tidak melaksanakan puasa wishal.

Pernyataan Nabi dan komentar Imam Al-Qasthalani tadi menunjukkan bahwa Nabi bukan manusia biasa. Kalau dilihat secara lahiriah memang Nabi layaknya manusia pada umumnya, seperti fisik, bahasa, kebiasaan, dan perilaku lainnya yang memperkuat hal tersebut. Ini juga dipertegas oleh Nabi sendiri di dalam banyak kesempatan yang bersabda: “Saya merupakan manusia layaknya seperti kalian”.

Namun bila ditelusuri lebih dalam, dengan melihat sisi batin sosok Nabi, maka menjadi jelas kalau Nabi merupakan manusia pilihan Allah, sehingga ada sikap beliau yang tidak lumrah layaknya manusia yang lain. Sebagaimana dalam riwayat tadi, yang dapat menjadi pelajaran bagi kita untuk meningkatkan keimanan kita terhadap pribadi Nabi Muhammad.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Mukjizat lain yang juga bisa dibilang tidak disadari oleh kebanyakan kita adalah keberhasilan Nabi Muhammad dalam mengentaskan masyarakat Jahiliyah hanya dalam waktu kurang lebih 23 tahun. Sudah banyak dari kita yang mengetahui bahwa masa kenabian Muhammad relatif sebentar, hanya dua dekade lebih sedikit.

Bahkan bila dikerucutkan lagi, setelah hijrah ke Madinah, Nabi secara resmi diakui dan diangkat sebagai pemimpin umat. Maka hanya 10 tahun atau satu dekade Nabi menciptakan masyarakat Arab sebagai bangsa beradab. Selama itu kultur Jahiliyah dikikis secara bertahap dengan berbagai macam strategi jitu yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.

Bila kita mau merenungkan secara seksama, kejadian ini tampaknya agak susah diterima oleh akal sehat. Dengan kata lain, fenomena ini cukup susah untuk dinilai sebagai kejadian biasa, normal, dan lumrah. Bisa kita bayangkan budaya Jahiliyah masyarakat Arab yang sudah mengakar lintas generasi bisa lenyap seketika hanya dalam satu hingga dua dekade.

Budaya tribalisme, berwatak keras, merendahkan kaum perempuan, bermain judi, mengonsumsi minuman keras, serta menyembah berhala dengan segala tradisinya dapat sirna dalam durasi waktu yang cenderung cepat tersebut. Hal ini terbukti sejak Nabi wafat budaya Jahiliyah semacam tadi tidak ditemukan lagi di masyarakat Arab.

Inilah mukjizat kedua Nabi yang jarang kita sadari bersama sehingga menganggapnya sebagai prestasi politik pada umumnya. Padahal kalau ditinjau dari aspek teologis, yang lebih kuat dan mudah diterima oleh akal sehat seorang Muslim, maka ini juga pantas disebut kejadian yang tidak lumrah, yang kita kenal dengan istilah mukjizat.

Dengan mengetahui kedua mukjizat yang tidak populer tadi semoga dapat meningkatkan kepercayaan kita kepada Baginda Nabi Muhammad selaku makhluk yang paling istimewa di sisi Allah. Serta menjadikan kita semakin bersyukur karena termasuk umatnya makhluk paling istimewa ini. Semoga dengan kepercayaan seperti ini membuat kita pantas mendapatkan syafaatnya kelak di akhirat.

Komentar

Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy