Takengon – Kepemimpinan dua bupati di wilayah tengah Aceh dalam penanganan bencana alam saat ini menjadi perbincangan masyarakat Gayo.
Salah seorang pemuda menilai percepatan penanganan bencana yang dilakukan Bupati Bener Meriah Tagore Abubakar memuaskan.
“Kami acungi jempol atas respons, Pak Tagore, dalam penanganan bencana alam di Bener Meriah,” ucap Vito Fitra Iwaniara, pemuda Gayo, kepada Line1.News, Rabu, 10 Desember 2025.
Vito menyebut Tagore Abubakar cepat melakukan penanganan pada akses masyarakat yang putus dengan mencari jalan alternatif sebagai upaya melepaskan masyarakat dari keterisolasian.
Selain itu, menurut Vito, untuk mengatasi ancaman kelaparan, Tagore Abubakar banyak mendirikan dapur umum melayani masyarakat korban bencana di Bener Meriah.
Namun, Vito menilai Bupati Haili Yoga terkesan lambat dalam memutus keterisolasian sejumlah kawasan di Aceh Tengah pascabencana.
“Haili Yoga menyatakan tidak mampu menangani bencana alam di daerahnya, itu dituangkan dalam surat yang ditujukan kepada pemerintah pusat. Namun, beda dengan Tagore Abubakar yang tegar dan siap memberi pelayanan terbaik bagi rakyat Bener Meriah,” pungkas Vito.
Porak-Poranda
Bupati Tagore Abubakar mengatakan saat ini kondisi Bener Meriah porak-poranda akibat bencana alam. Namun, karena ia menyatakan sangup untuk melakukan percepatan penanganan bencana, hal ini memberi harapan kepada masyarakat untuk keluar dari keadaan tersebut.
“Sudah 72 tahun usia saya. Kejadian bencana ini baru kali ini saya alami, namun kita tidak boleh menyerah, kita harus bersama rakyat. Bagaimana pun caranya dalam satu bulan harus ada sedikit pulih perekonomian masyarakat,” ujar Tagore Abubakar saat dikonfirmasi Line1.News.
Jalan Kaki Beli Beras
Sementara itu, salah seorang warga Lukup Sabun Barat, Aceh Tengah, Hasan Basri menceritakan kisah pilu pascabencana pada 25 November 2025.
Untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari bagi kedua anak dan istrinya, Hasan Basri harus berjalan kaki puluhan kilometer melewati medan ekstrem untuk membeli beras.
“Saya berangkat dari rumah jam 4 sore sampai di Cam malam, terus nginap di Cam. Pagi tadi saya jalan kaki menuju Buntul, dan ini saya akan pulang ke rumah untuk membawa beras guna memenuhi kebutuhan anak dan istri. Di Takengon udah enggak dapat beras makanya saya harus berjalan ke Cam untuk beli beras,” ujar Hasan Basri.
Hasan Basri mengaku baru sekali menerima bantuan pemerintah pascabencana. “Ada dibantu sekali beras 2 kilogram, beras itu enggak cukup,” ucapnya.[]


Komentar
Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy