JAKARTA – Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Budpar) Aceh, Jamaluddin menjelaskan beberapa perbedaan antara tari Ratoh Jaroe dan Saman. Penjelasan ini diperlukan agar publik memahami ciri dan karakteristik kedua tarian tersebut.
Penjelasan disampaikan Kadis Budpar Aceh Jamaluddin mewakili Plt. Gubernur Aceh Nova Iriansyah saat membuka Babak Final Festival Ratoh Jaroe m emperebutkan Piala Gubernur Aceh, di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata RI, Sabtu (26/19/2019) malam.
Babak final festival Ratoh Jaroe diikuti 26 grup berasal dari Jabodetabek dan Jawa Tengah. “Ada beberapa perbedaan antara kedua tari itu, terutama dari sisi penarinya, syair dan musik pengiring. Jika Tari Saman hanya dimainkan penari laki-laki dalam jumlah ganjil, Tari Ratoh Jaroe dimainkan oleh penari perempuan dalam jumlah genap,” kata Jamaluddin.
Perbedaan lainnya, Tari Saman tidak menggunakan alat musik, Tari Ratoh Jaroe diiringi alat musik rapa’i. Tari Saman berasal dan hidup di Gayo Lues.
“Dilihat dari tampilan juga ada beberapa perbedaan. Tari Ratoh Jaroe bisa menampilkan aneka pakaian penari untuk menambah keindahan gerak. Sedangkan tari Saman konsisten pada keindahan gerak yang maskulin, dengan seragam tari yang sama,” ujarnya.
Tari Ratoh Jaroe dikreasikan oleh Yusri Saleh akrab disapa Dekgam, pegawai pada Kantor Badan Penghubung Pemerintah Aceh (BPPA) di Jakarta.
Festival Ratoh Jaroe ini memperebutkan Piala Gubernur Aceh sudah berlangsung sejak 2007.
“Perjalanan Tarian Ratoh Jaroe ini telah masuk pada tahun ke-12,” kata Kepala BPPA Almuniza Kamal.
Berbeda dengan Festival Ratoh Jaroe tahun 2019 ini, kata Almuniza, Festival ini telah meluas ke beberapa daerah lain seperti Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
“Sebelumnya, Tarian Ratoh tersebut hanya berkembang di seputar Jabodetabek saja,” katanya.
Festival kali ini diawali dengan audisi melibatkan 1.560 perorangan. Festival Ratoh Jaroe ini memperebutkan Piala Gubernur Aceh sudah berlangsung sejak 2007.
“Perjalanan Tarian Ratoh Jaroe ini telah masuk pada tahun ke-12,” kata Kepala BPPA Almuniza Kamal.
Berbeda dengan Festival Ratoh Jaroe tahun 2019 ini, kata Almuniza, Festival ini telah meluas ke beberapa daerah lain seperti Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
“Sebelumnya, Tarian Ratoh tersebut hanya berkembang di seputar Jabodetabek saja,” katanya.
Festival kali ini diawali dengan audisi melibatkan 1.560 perorangan.
Dewan juri kemudian memilih10 grup Penyaji Terbaik, yakni: SMAN 6 Tangerang Selatan, SMAN 11 Tangerang Selatan, SMAN 1 Kota Tangerang, SMAN 86 Jakarta, SMAN 90 Jakarta, SMAN 29 Jakarta, SMAN 3 Kota Tangerang, SMAN 2 Kota Tangerang, SMAN 12 Tangerang Selatan, dan SMAN 54 Jakarta.
Audisi berikutnya dilakukan di Semarag Jawa Tengah, Semarang, pada 25 Agustus 2019. Di Wilayah ini, peserta tidak saja berasal dari Semarang, tapi ada juga yang berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta.
Audisi tersebut diselenggarakan di Taman Indonesia Kaya, Semarang dan diikuti oleh 10 grup tari.
Dewan juri memilih tiga penyaji terbaik yakni: SMAN 4 Semarang, Universitas Diponegoro 17 Semarang, dan SMA Nasima Semarang.
Audisi selanjutnya pada 5 Oktober 2019 di Bekasi, Jawa Barat, diikuti 13 grup.
Juri memilih tiga grup yakni SMA Al Azhar 4 Kemang Pratama Bekasi, SMAN 1 Bekasi, dan SMAN 8 Bekasi untuk tampil di babak final.(*)
Sumber :
https://aceh.tribunnews.com/2019/10/27/apa-perbedaan-ratoh-jaroe-dan-saman-gayo-ini-penjelasan-kadis-budpar-aceh?page=2
Komentar
Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy