Hasil Rapat Konsolidasi Barisan Muda Ummat

Lanjutkan Perjuangan BMU Warisan Tu Sop, Abiya Jeunieb: Mohon Dukungan Masyarakat Aceh

BMU rapat konsolidasi
Hasil rapat konsolidasi Barisan Muda Ummat (BMU) di Dayah Rauhul Mudi Al Aziziyah Jeunieb, Bireuen, Senin, 14 Oktober 2024, malam, melanjutkan perjuangan dakwah sosial. Foto: Istimewa

Bireuen – Pengurus Barisan Muda Ummat (BMU) sepakat melanjutkan perjuangan dakwah sosial yang diwarisi Allahuyarham Teungku H. Muhammad Yusuf A. Wahab (Tu Sop). Keputusan tersebut hasil Rapat Konsolidasi BMU yang digelar di pelataran Dayah Rauhul Mudi Al Aziziyah, Jeunieb, Bireuen, Senin, 14 Oktober 2024, malam.

Ketua Umum BMU Pusat, Teungku H. Muhammad Yusuf Nasir (Abiya Jeunieb), mengatakan seluruh peserta rapat sepakat terus melanjutkan BMU yang diwarisi almarhum Tu Sop. Pimpinan Dayah Rauhul Mudi Al Aziziyah itu berharap dukungan semua pihak dan seluruh donatur yang telah bergabung dalam membesarkan BMU.

“Kami berikrar melanjutkan gerakan filantropi BMU-WPU yang telah diwarisi almarhum Ayahanda Tu Sop dalam membantu pergerakan dakwah sosial masyarakat Aceh. Mohon dukungan seluruh masyarakat Aceh di dalam maupun di luar negeri dan semua pihak yang telah menyukseskan program ini,” kata Abiya Jeunieb, dikutip Line1.News pada Selasa (15/10) pagi.

Rapat konsolidasi BMU itu dibuka oleh Teungku H. Muzammil, putra sulung Almarhum Tu Sop, dihadiri pengurus DPP BMU, DPW BMU Kabupaten/Kota di Aceh, BMU perwakilan Malaysia, Dewan Mustasyar BMU Teungku Ihsan M. Jafar, Litigator Hukum BMU Zulfikar Muhammad, Gerakan BMU Peduli, dan sejumlah undangan lainnya.

Tiga Kekuatan Besar

Litigator Hukum BMU, Zulfikar Muhammad, mengungkapkan dalam Mars BMU tujuh kali disebut “peradaban”. “Itu karena cita-cita Allahhuyarham Ayahanda Tu Sop yang menciptakan Mars BMU menandakan beliau cukup serius dalam hal peradaban,” ujarnya saat rapat tersebut.

“Tu Sop tak pernah mengeluh berada dalam kondisi bangsa seperti ini. Ayah justru mendesain konsep baru memperbesar kekuatan dan menyakinkan kita bahwa Islam adalah solusi,” ujar Zulfikar Muhammad yang juga mantan Direktur Koalisi NGO HAM Aceh.

Zulfikar menyebut Tu Sop melahirkan tiga kekuatan besar secara perlahan. Pertama, BMU sebagai gerakan yang diharapkan oleh Tu Sop menjadi besar dan kuat dengan konsep “dari umat untuk umat”. “Konsep ini mampu bangkit saat kondisi negara sedang terpuruk maupun kondisi bangsa sedang perang,” ucapnya.

Kedua, Tu Sop melahirkan kader dakwah HUDA (Himpunan Ulama Dayah Aceh) untuk menghadapi dunia global ke depan. “Konsep ini mempersiapkan anak-anak muda memahami fardhu ‘ain dalam menghadapi tantangan global saat orang asing masuk dengan gaya dan budayanya sehingga generasi kita mampu menghadapi dan bersaing dengan gaya dan budaya Islam,” tutur Zulfikar.

Ketiga, Tu Sop juga pencetus At Ta’awun. Menurut Zulfikar, konsep ini dipersiapkan untuk menghadapi problem umat kalangan pedagang kaki lima, para penjual ikan dan para pedagang toko terlepas dari praktik riba dengan alasan kekurangan modal. “Tu Sop ingin melepaskan mereka dalam genggaman para peminjam modal. Ta’awun saat ini belum banyak dirasakan manfaat oleh masyarakat umum, hanya terbatas pada para anggota majelis taklim di internal ta’awun. Tapi, konsep ini perlu dijalankan umat agar terlepas dari praktik riba,” tegasnya.

Untuk diketahui, Barisan Muda Ummat dan Wanita Peduli Ummat (BMU-WPU) telah berhasil membangun 119 rumah tersebar di berbagai kabupaten/kota dari donasi masyarakat Aceh di dalam maupun luar negeri melalui donasi BMU Peduli. []

Komentar

Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy