Diborong Sister; Perjalanan Cekgu Fitria Membangun Bisnis Thrift dari Rumah ke Toko

Diborong Sister; Perjalanan Cekgu Fitria Membangun Bisnis Thrift dari Rumah ke Toko
Fitria Winanda, Owner Diborong Sister. Foto: Dok Pribadi

Di balik kesibukannya sebagai “cekgu” di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Lhokseumawe, Fitria Winanda berhasil menciptakan peluang usaha baru. Melalui toko thrift yang diberi nama ‘Diborong Sister’, wanita 31 tahun ini membawa tren fashion ke tengah masyarakat dengan cara kreatif.

Fitria memulai bisnis thrift pada Desember 2022. Namun, ia mulai aktif berjualan pada awal 2023. Awalnya ia hanya berjualan dari rumah. Beberapa produk ia pakai ketika pergi mengajar. Tak disangka, kegemarannya mengenakan pakaian thrift menarik perhatian murid-muridnya di sekolah.

Baca Juga: Terinspirasi Imam Al-Ghazali, Mahasiswi Unimal Khairatunnisak Lahirkan Buku Pertama

“Awalnya saya pakai sendiri. Lalu, banyak siswa yang tanya belinya di mana, jadi saya mulai jualan sedikit-sedikit. Ternyata, peminatnya ramai,” ungkap perempuan asal Lhokseumawe ini kepada Line1.News, Sabtu, 12 Oktober 2024.

Karena semakin banyak peminat, pada Agustus 2023 Fitria akhirnya memberanikan diri membuka toko di samping rumah. Tepatnya, di Jalan Palapa, Lorong Harapan, Banda Sakti, Lhokseumawe.

Toko Diborong Sister menawarkan berbagai jenis pakaian, seperti fuzzy, hoodie, sweater, cardigan, atasan crop, atasan panjang, hingga produk terbaru, vest.

Baca Juga: Saqila Mafrudha; Merintis Karier Model dan Bisnis MUA di Tengah Kesibukan Kuliah

Kunci kesuksesan Toko Diborong Sister terletak pada selektivitas Fitria memilih produk. Dia hanya menjual pakaian yang dinilainya bagus dan nyaman dipandang. Jika ada pakaian yang menurutnya kurang bagus, ia akan membagikannya kepada keluarganya atau orang yang membutuhkan.

Isi etalase di Toko Diborong Sister milik Fitria Winanda
Isi etalase di Toko Diborong Sister milik Fitria Winanda. Foto: Dok Pribadi

Dalam sehari, pakaian yang laku bisa mencapai 10 hingga 30 produk. Jika ditotalkan dalam sebulan, Fitria bisa meraih profit atau keuntungan antara Rp5 juta hingga Rp10 juta. Meskipun begitu, Fitria tetap bersyukur berapapun produk yang laku di tokonya.

Baca Juga: Mahasiswa Bahasa Arab IAIN Lhokseumawe Raih Penghargaan di Malaysia

Menurut Fitria, inilah kunci ia tetap bisa survive berjualan hingga saat ini. “Saya tidak pernah khawatir jika tidak ada produk yang laku, karena saya yakin rezeki itu sudah dibagi, dan akan ada jodoh baju ini,” ujarnya.

Namun, tak selalu bisnis thrift Fitria berjalan mulus. Salah satu tantangan yang dihadapinya adalah anggapan konsumen bahwa semua produk thrift itu sama. “Padahal ini bajunya masih ada tag-nya. Karena kita kebanyakan [mengambil] produknya itu dari toko yang ingin mengganti produk lama dengan produk baru. Jadi, produk lama itu disingkirkan dari tokonya, dan pakaian yang tersingkirkan itulah yang kita jual kembali di sini,” ucapnya.

Baca Juga: Profil Bayu Satria, ‘Advokat’ Hak Anak yang Jadi Tim Perumus Debat Paslon Gubernur-Wagub Aceh

Tak hanya menjual baju, Fitria juga punya cara memuaskan para pelanggan yang telah membeli produknya. Toko Diborong Sister menyediakan layanan treatment bagi para pelanggan yang ingin menjaga kualitas pakaiannya. Pelanggan bisa memanfaatkan alat tersebut di dalam toko, tidak untuk dibawa pulang ke rumah. Untuk pakaian yang sangat mudah tertempel debu, Fitria akan membersihkan dengan setrika uap untuk menjaga produk tersebut tetap bagus dan siap pakai.

Dengan perpaduan dedikasi, kecermatan memilih barang, dan pendekatan pada pelanggan, usaha thrift Fitria Winanda menjadi bukti kalau bisnis dari rumahan bisa berkembang bila disertai dengan semangat dan keyakinan.[]

Reporter: Silvia Wati

Komentar

Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy