Bireuen – Jumat sore pekan lalu, 5 September 2025, para santri, mahasiswa, dan pemuda dari berbagai daerah di Aceh meriung di Rasie Kupi kawasan Samalanga, Bireuen.
Kopi dan sanger terhidang di atas meja. Puluhan orang duduk berhadap-hadapan di kedua sisinya. Rata-rata berpeci hitam atau putih. Di ujung meja, sebuah papan berisi kertas buram berdiri tegak. Sebuah smartphone yang disangga tripod merekam jalannya acara.
Hari itu, para santri bukan sedang menggelar bahtsul masail–temu wicara membahas persoalan fikih–yang biasa mereka lakukan. Hari itu, mereka sedang duduk mendengar pemaparan tentang bisnis dalam acara seminar dan diskusi santripreneur bertajuk “Semangat, Peluang & Tantangan Santri Menjadi Pengusaha”. Diskusi ini digelar Rasie Academy.
Dua santri senior yang juga pengusaha menjadi narasumber. Ada Teungku Zahrul Fuadi dan Teungku M Alfadhil. Zahrul Bendahara Umum Pengurus Besar Rabithah Thaliban Aceh (RTA). Ia juga pemilik Ambassador Cell.
Sementara Alfadhil Ketua Pengurus Cabang RTA Bireuen sekaligus Direktur PT Yadara Travel, sponsor acara tersebut. Lalu Teungku Zawil Kiram tampil sebagai moderator memandu jalannya seminar dan diskusi.
Zahrul menekankan pentingnya nilai-nilai pesantren seperti kedisiplinan dan integritas sebagai modal utama berwirausaha.
“Santri harus berani terjun ke dunia usaha dengan membawa prinsip kejujuran,” ujarnya dalam keterangan tertulis diterima Line1.News.
Sementara itu, Alfadhil berbagi pengalaman membangun usaha dari nol hingga berkembang. Ia menegaskan santri harus mampu memanfaatkan peluang digital.
“Di era sekarang, teknologi adalah pintu besar. Santri jangan ragu menggunakan media sosial untuk mengembangkan usaha.”
Kegiatan berlangsung sejak pukul 16.00 hingga 18.00 waktu Aceh. Di ujung pemaparan ada sesi diskusi interaktif. Peserta aktif mengajukan pertanyaan, mulai dari strategi memulai usaha dengan modal minim hingga cara menyeimbangkan nilai kesederhanaan santri dengan tuntutan dunia bisnis.
Founder Rasie Academy Teungku Martunis A Jalil menyebutkan, kegiatan itu bertujuan memotivasi santri agar tidak hanya menjadi pewaris ilmu agama, tetapi juga pelaku ekonomi yang tangguh.
“Kami ingin melahirkan generasi santri yang kreatif, berani, dan siap berkontribusi dalam membangun ekonomi umat dan bangsa,” jelasnya.
Melalui forum tersebut, tambah Martunis, panitia berharap lahir jejaring santri dan pemuda yang siap berkolaborasi dalam dunia usaha. Beberapa ide dan rekomendasi pengembangan santripreneur juga muncul dari diskusi untuk ditindaklanjuti ke depan.[]
Komentar
Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy