Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan proyek jaringan gas (jargas) rumah tangga bisa menggantikan peran Liquefied Petroleum Gas (LPG).
“Jargas itu bisa gantiin impor LPG. Kalau nggak kan makanya devisa kita habis semua. Sedangkan kan kita produksi gasnya akan banyak,” ujar Menteri ESDM Arifin Tasrif saat ditemui di acara Musrenbang Nasional di JCC Jakarta, Senin, 6 Mei 2024.
Kementerian ESDM mengklaim sedang mendorong pembangunan infrastruktur jargas dalam negeri, baik untuk pemanfaatan rumah tangga maupun industri.
“Kita juga sedang berupaya kan membangun lagi infrastruktur gas ya. Supaya memang bisa dimanfaatkan. Pak Presiden kan bilang ini jalur utamanya, cabangnya di mana, sama gas juga gitu. Nanti juga bisa jadi jargas itu,” ujarnya.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana sebelumnya mengatakan gas bumi menjadi salah satu sumber energi andalan di era transisi energi, khususnya untuk bisa mencapai target Net Zero Emissions (NZE) pada 2060.
Karena itu, diperlukan infrastruktur terintegrasi untuk bisa menyalurkan gas dari area sumber gas hingga ke area penerimanya di seluruh Indonesia.
“Gas pun akan kita sambungkan. Alhamdulilah memang secara waktu ini pas kita sekarang banyak menemukan gas yang baru, ladang gas yang baru. Jadi gas secara emisi juga jauh lebih baik dibandingkan batu bara,” ungkap Dadan dalam acara Rembuk Nasional Transisi Energi, di Kantor Kementerian Kordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, dikutip Kamis 7 Maret 2024.
Dadan mengatakan infrastruktur pipa gas sepanjang Sumatera dan integrasi Sumatera-Jawa menjadi kunci penyaluran gas domestik. Hal itu dilakukan untuk menyalurkan potensi gas bumi dari Wilayah Kerja Andaman, Aceh, sehingga gas dari ujung Sumatera tersebut bisa dimanfaatkan di Jawa dan daerah lain di Sumatera.
Manfaat pembangunan infrastruktur jaringan gas tersebut, tambah Dadan, untuk bisa mendukung harga gas lebih terjangkau dengan biaya angkut atau toll fee lebih murah. “Untuk memenuhi kebutuhan gas untuk industri, pembangkit listrik, komersil, dan rumah tangga,” ucapnya.
Dalam paparannya, Dadan menyebut bahwa saat ini sudah terbangun infrastruktur jaringan pipa gas Cisem (Cirebon-Semarang) tahap satu dengan investasi Rp1,13 triliun. Sementara jaringan Cisem tahap dua tahun ini membutuhkan investasi Rp1,33 triliun dan tahun 2025 sebanyak Rp2,01 triliun.
Selain itu, kata Dadan, program jargas untuk rumah tangga yang berasal dari Cisem dan Dusem (Dumai-Sei Mangkei) bisa mengurangi subsidi LPG 3 kilogram hingga Rp0,63 triliun per tahun. “Dan hemat devisa impor LPG Rp1,08 triliun per tahun. Penghematan biaya masak Rp0,16 triliun per tahun.”
Dikutip dari laman ESDM, pembangunan jaringan distribusi gas untuk rumah tangga merupakan salah satu program prioritas nasional untuk diversifikasi energi, pengurangan subsidi, penyediaan energi bersih dan murah serta program komplementer konversi minyak tanah ke LPG.
Sejak 2008 hingga 2014, pemerintah membangun jaringan distribusi gas bumi untuk rumah tangga di banyak kota di Indonesia. Pada 2012, Lhokseumawe menjadi kota pertama di Aceh yang dibangun FEED dan DEDC jaringan gas bumi untuk rumah tangga.[] (CNCB Indonesia)
Komentar
Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy