Cerita Jamaah Umrah Yadara Travel Protes Lion Air Soal Koper

ilustrasi jemaah menunggu di bandara
Ilustrasi jamaah umrah menunggu koper di bandara. Foto: Dokumen Antara

Banda Aceh – Jamaah umrah Yadara Travel Bireuen memprotes keras maskapai Lion Air lantaran koper mereka tidak diterbangkan dengan pesawat yang sama saat kepulangan dari Jeddah ke Aceh. Setelah menunggu berjam-jam di Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM) Aceh Besar, ternyata koper milik sebagian jamaah umrah itu masih belum diterbangkan ke Aceh.

Komunikasi masalah koper tersebut antara perwakilan jamaah umrah, Doktor Zulnazri dengan pihak Lion Air di Bandara SIM berlangsut alot. Berikut ceritanya.

Para jamaah umrah Yadara Travel Bireuen terbang dengan pesawat Lion Air bernomor JT-054 dari Bandara SIM Aceh Besar (BTJ) menuju Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah (JED), Arab Saudi pada 7 Agustus 2025.

Setelah melaksanakan ibadah umrah, para jamaah dari sejumlah kabupaten kota di Aceh itu kembali ke Aceh dengan pesawat Lion Air JT-055.

“Berangkat dari Jeddah, Senin 18 Agustus pukul 21.40 [Waktu Arab Saudi], tiba di Bandara SIM, Selasa, 19 Agustus pukul 12.30 siang,” kata Doktor Zulnazri kepada Line1.News, Rabu malam kemarin (20/8).

Zulnazri menjelaskan saat para jamaah tiba di Bandara SIM, pihak Lion Air baru memberitahukan bahwa koper mereka tidak diterbangkan dengan pesawat yang sama. “Sehingga pihak Travel Yadara terkejut, dan merasa tidak enak sama jamaah. Karena koper milik masing-masing jamaah itu punya barang atau oleh-oleh yang dibawa pulang,” ujarnya.

Perwakilan Travel Yadara dalam rombongan jamaah itu, kata Zulnazri kemudian mempertanyakan kepada pihak Lion Air, kapan koper akan tiba di Aceh. “Jawaban pihak Lion, koper akan segera diterbangkan ke Banda Aceh”.

Mendengar informasi itu, lanjut Zulnazri, para jamaah menjadi panik. “Karena para jamaah sudah dijemput sama travel, ada yang dijemput dengan mobil Hiace, bus Kurnia, dan [mobil] keluarga. Sementara kopernya tidak ada. Jadi, jamaah panik menunggu koper,” ujarnya.

Menurut Zulnazri, sambil menunggu, perwakilan Travel Yadara kembali menanyakan kepada pihak Lion Air. “Kepastiannya jam berapa sampai koper di Aceh?”

“Katanya barang sudah dimuat [dari Bandara Jeddah] dikirim ke Jakarta. Nanti dari Jakarta dikirim ke Banda Aceh. Jadi, semua jamaah disuruh pulang saja, nanti dikirim ke tempat masing-masing,” tutur Zulnazri.

Kondisi tersebut, kata Zulnazri, membuat para jamaah semakin merasa khawatir. “Apakah barang kami yang sampai nantinya akan sesuai, tidak pecah dan sebagainya. Apakah mereka tahu alamat semua jamaah?”

Di tengah kebingungan itu, perwakilan Yadara Travel mangajak Zulnazri untuk membantu berkomunikasi dengan pihak Lion Air di Bandara SIM.

“Saya jumpai pihak Lion. Pertama, jumpa dengan karyawan Lion. Kenapa koper kami tinggal?”

Karyawan Lion Air itu, kata Zulnazri, menajwab, “Pak, bukan tinggal, tapi kopernya tidak kami naikkan karena cuacanya tidak mengizinkan. Sehingga kopernya kita tinggalkan. Ini barangnya sudah [sedang] dikirim ke Banda Aceh”.

Zulnazri menanyakan lagi, “Kalau cuacanya buruk atau panas, kenapa tidak bilang sama kami [para jamaah] sebelumnya, atau kepada perwakilan travel umrah bahwa koper tidak diterbangkan?”

“Yang kedua, kenapa tanda [label atau stiker] bagasinya sudah ada di tangan kami? Ini ada apa, ini kan kacau? Tanda bagasi ada di tangan kami, tapi kopernya tidak dibawa?”

“Selain itu, semua koper kami sudah dimasukkan ke dalam [Bandara Jeddah] waktu check-in, sudah melalui sensor x-ray, sudah melewati itu semua,” ungkap Zulnazri.

“Yang ketiga, kenapa tiba-tiba dikirim ke Jakarta kalau tadi alasannya tidak bisa dibawa? Kenapa di belakang kami tiba-tiba sudah dikirim ke Jakarta? Ini kan aneh!” tegas Zulnazri.

Zulnazri menjelaskan bahwa masalah koper tertinggal itu sudah terjadi. “Apapun kronologinya, koper kami belum sampai ke tangan kami, harus menunggu. Sementara para jamaah, ibu-ibu dan bapak-bapak yang lanjut usia sudah ketiduran di terminal [bandara], menunggu koper, menunggu kepastian!”

Mewakili para jamaah itu, Zulnazri menuntut tiga kompensasi kepada pihak Lion Air. “Konsumsi untuk sore/malam bagaimana? Tempat istirahat bagaimana? Kalau barang kami tercecer bagaimana? Kami minta ganti rugi!”

“Karyawan Lion itu tidak bisa jawab. Lalu datang pimpinannya. Saya tanyakan, apakah Anda bisa mengambil kebijakan? Jika tidak, tidak perlu kita bicara!” tegas Zulnazri.

Pimpinan perwakilan Lion Aoir di Bandara SIM, kata Zulnazri, mengatakan “bisa”. Namun, lanjut Zulnazri, jawaban dia sama seperti karyawan Lion Air tadi.

“Sama juga alasannya, faktor cuaca tidak bisa naik barang. Sudah selesai itu saya bilang, waktu sudah lewat. Kompensasinya apa? Tidak bisa jawab juga dia soal tuntutan kami meminta tiga kompensasi itu,” ungkap Zulnazri.

Pihak Yadara Travel kemudian meminta Zulnazri menjumpai lagi pimpinan Lion Air di Bandara SIM. “Naiklah kami ke atas. Rupanya tidak ada kantor Lion di Bandara SIM. Disuruh kami duduk di ruang tunggu. Saya bilang ruang tunggu ini tempat umum bagaimana kita diskusi”.

“Akhirnya masuk ke ruang dia, ruang sempit, diskusi. Saya bilang lagi, ini sudah lewat, kompensasinya apa atas tiga tuntutan kami tadi? Masih tidak bisa dikasih solusi oleh pimpinan Lion itu,” ujar Zulnazri.

Zulnazri kembali mempertanyakan, “kenapa tidak kasih tahu kami dari awal waktu di Jeddah bahwa koper kami tidak ikut diterbangkan?”

“Kalau alasan cuaca saya tidak percaya. Karena satu orang penumpang itu sudah dijatah 30 kilogram barang, itu standar. Saya bilang kalau kapasitas pesawat 300 orang penumpang, masing-masing kopernya 30 kg maka 300 penumpang kali 30 kg, itu standarnya. Akhirnya, dia diam,” tutur Zulnazri yang merupakan seorang akademisi.

Zulnazri menanayakan lagi, “sekarang di mana koper kami?”

“Sudah di Jakarta”.

“Pesawat apa?”

“Dikasih kode pesawat. Saya cek di link Lion, pesawat Lion dari Jeddah ke Jakarta sudah ada. Dari Aceh ke Jakarta? Saya cek, rupanya delay. Akhirnya ketahuan pesawatnya delay. Baru mengaku dia. Kalau delay, kami jaminannya apa ini?”

Zulnazri menegaskan pihaknya menunggu kepastian pesawat Lion Air yang membawa koper para jamaah itu berangkat dari Jakarta ke Aceh.

“Ternyata dari rencananya berangkat jam 2.50, sampai ke Aceh kan jam 5.50. Kami tunggu sampai jam 6. Rupanya delay sekitar 1,5 jam sampai 2 jam,” ungkap Zulnazri.

Setelah mendapatkan pernyataan pihak Lion Air bahwa semua koper milik jamaah sudah diterbangkan ke Aceh, Zulnazri memutuskan tidak menunggu lagi di Bandara SIM. “Berangkat pulang saya, tinggal perwakilan Travel Yadara di Bandara SIM”.

“Dalam perjalanan pulang, sampai di daerah Padangtiji [Pidie], ditelepon sama perwakilan Travel Yadara. Pak Zul, ini koper sudah sampai, tapi ada masalah lagi, tidak semua sampai kopernya,” ungkap Zulnazri.

Zulnazri menyebut dari sekitar 200 jamaah umrah Yadara Travel, sekitar 50 orang asal Peureulak dan Idi, Aceh Timur. Sisanya dari sejumlah kabupaten dan kota lain di Aceh, termasuk Lhokseumawe.

“Mereka harus menunggu dalam bus Kurnia dari jam 12.30 siang sampai jam sembilan malam [21.00]. Sampai jam sebelas [23.00] malam itu, ternyata hanya sebagian koper yang dibawa Lion dari Jakarta ke Aceh, sebagian lagi tidak”.

“Bahkan, menurut informasi, sampai tadi pagi [Rabu kemarin], sebagian jamaah belum tahu di mana kopernya. Sebagian jamaah memilih pulang [ke rumah], sebagian masih menunggu kopernya [di bandara],” tambah Zulnazri.

Mewakili para jamaah umrah, Zulnazri berharap ke depan Lion Air harus mengubah SOP-nya. “Dan tanggung jawabnya harus lebih besar,” ucapnya.

“Lion juga harus transparan. Misalnya, pesawat delay, seharusnya kasih tahu kepada penumpang. Ada transit, kasih tahu, isi bahan bakar, kasih tahu. Karena kita jamaah punya target jam berapa sampai, dan koper jamaah jangan dipermainkan,” pungkas Zulnazri.[]

 

Komentar

Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy