Setiap 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriah, umat Islam di seluruh dunia memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Para ulama dan penulis sirah sepakat Baginda Rasulullah SAW lahir di Mekkah pada hari Senin, 12 Rabiul Awal sekitar tahun 570 atau sering juga disebutkan sebagai Tahun Gajah.
Di Aceh, tradisi perayaan maulid Nabi Muhammad SAW disebut khanduri molod. Secara bersama-sama, masyarakat di setiap gampong atau desa menyiapkan makanan di rumah masing-masing untuk dibawa ke meunasah atau masjid. Ada juga gampong yang memasak khusus kuliner kari khas Aceh, kuah beulangong.
Di kawasan Pase umumnya, Lhokseumawe dan Aceh Utara, salah satu hidangan khas maulid adalah bu minyeuk alias nasi minyak. Ditambah beberapa lauk pelengkap seperti muloh tumeh atau bandeng tumis.Setelah selesai dikemas, beberapa jenis hidangan itu dibawa ke meunasah. Biasanya dibungkus dalam plastik atau dalam kotak.
Sementara di kawasan Pidie, Aceh Besar, dan Aceh bagian Barat, hidangan-hidangan khanduri molod itu diletakkan dalam nampan berlapis atau idang meulapeh. Nasi sebagai menu utama dikemas secara unik dengan dibungkus daun pisang hingga berbentuk piramida. Namanya bu kulah.
Setelah terkumpul, hidangan itu akan disantap bersama-sama dengan anak-anak yatim dan tamu undangan. Warga kampung lain yang berdekatan dan belum mengadakan kenduri maulid akan diundang. Nantinya, ketika gampong tersebut menggelar maulid, giliran warga gampong jiran yang sudah melaksanakan maulid diundang.
Di beberapa daerah kawasan Pantai Barat Selatan, warga gampong yang berada di pinggir jalan nasional, akan membagi-bagikan makanan maulid kepada setiap pengendara yang lewat. Seharian penuh, sejak pagi hingga sore, di hari peringatan maulid akan dilantunkan dike molod atau zikir maulid. Isi zikir ini memuji keagungan Baginda Nabi Muhammad SAW.
Malamnya, masih dalam rangkaian peringatan maulid, digelar dakwah di meunasah maupun masjid oleh penceramah yang diundang khusus. Ada juga yang menggelar ceramah lebih dulu, baru besoknya diadakan khanduri maulid.
Masyarakat Aceh sangat antusias menggelar maulid. Bagi masyarakat Aceh khanduri molod dapat dikatakan sebagai hari raya ketiga setelah hari raya Idul Fitri, Idul Adha. Selain di meunasah dan masjid, maulid juga dilaksanakan di instansi-instansi pemerintah secara bergiliran. Uniknya lagi, tradisi khanduri molod bisa berlangsung hingga tiga bulan setelah 12 Rabiul Awal.
Hal ini sesuai dengan kalender Aceh di mana terdapat tiga bulan yang dipakai untuk merayakan maulid. Ketiganya adalah Molod (maulid awal), Adoe Molod (maulid pertengahan) dan Molod Keuneulheueh (maulid akhir).
Tradisi maulid Nabi di Aceh sudah ada sejak era Sultan Ali Mughayat Syah, pendiri Kerajaan Aceh. Dalam surat wasiat Sultan Ali Mughayat Syah yang diterbitkan pada 12 Rabiul Awal 913 Hijriah atau 23 Juli 1507, disebutkan pelaksanaan maulid dapat menyambung tali silaturahmi antarkampung di Kerajaan Aceh Darussalam.[]
Komentar
Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy