Taqwaddin Beberkan 4 Strategi Mitigasi Bencana di Aceh

Tawaddin di Konferensi Nasional Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunitas XVI 2024 di Hotel PMI Banda Aceh, Jumat, 4 Oktober 2024. Foto for Line1.News
Tawaddin di Konferensi Nasional Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunitas XVI 2024 di Hotel PMI Banda Aceh, Jumat, 4 Oktober 2024. Foto for Line1.News

Banda Aceh – Dosen Magister Ilmu Kebencanaan Universitas Syiah Kuala (USK), Taqwaddin, memaparkan empat strategi mitigasi bencana berdasarkan pengalaman pascabencana gempa dahsyat dan tsunami Aceh.

Pertama, kata dia, strategi sosial pendidikan. “Perlu adanya pewarisan budaya tangguh menghadapi bencana yang telah ada di setiap masyarakat, dan dilaksanakan pendidikan tangguh bencana sejak masa masa kanak-kanak hingga dewasa,” ujar Tawaddin di Konferensi Nasional Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunitas XVI 2024 di Hotel PMI Banda Aceh, Jumat, 4 Oktober 2024.

Selain itu, kata Taqwaddin, perlu juga dilakukan penguatan pemahaman keimanan dan agama sehingga semua warga masyarakat yang tertimpa bencana memiliki ketahanan spiritual. Hal ini, kata dia, sudah terbukti karena korban tsunami Aceh yang selamat tak ada yang depresi, apalagi bunuh diri.

“Beda sekali dengan apa yang saya lihat di luar negeri. Ini bukti ketangguhan spritual warga Aceh yang perlu ditiru,” ujar Hakim Tinggi Ad Hoc Tindak Pidana Korupsi ini.

Kedua, strategi ekonomi. Dalam strategi ini, Taqwaddin menguraikan pentingnya pengembalian kemampuan ekonomi para korban bencana. “Untuk memulihkan kondisi ekonomi korban bencana, pengalaman kami dulu membuat program cash for work, yaitu warga korban bencana digerakkan untuk bekerja membersihkan lahan pekarangan rumah mereka dan lalu sorenya diberikan uang, walaupun sebetulnya semua kebutuhan konsumsi mereka sudah dibantu oleh banyak donor,” ujar mantan Kordinator Muhammadiyah untuk Penanggulangan Bencana (MDMC) Aceh tersebut.

Selain itu, ada juga program livelihood. “Diperlukan juga program pelatihan kewirausahaan, persoalan, dan akses pemasaran terhadap hasil produk rumah tangga di daerah bencana.”

Ketiga, strategi fisik. Pada strategi ini, Taqwaddin menyoroti rehabilitasi dan rekonstruksi fasilitas publik dan bantuan rumah untuk korban bencana. Di beberapa area bencana yang tidak mungkin lagi dijadikan permukiman, kata dia, harus diupayakan relokasi, seperti di Leupung dan Neuheun, Aceh Besar.

“Dalam kaitan dengan kebencanaan, perlu juga ada penataan kembali pola tata ruang baru yang menyesuaikan dengan zonasi bencana,” ujar Ketua MPW Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Provinsi Aceh ini, seraya menambahkan juga diperlukan dukungan masyarakat luar untuk membantu korban bencana.

“Masyarakat luar yang saya maksudkan adalah masyarakat luar daerah, masyarakat nasional dan internasional. Hal lain yang juga sangat diperlukan untuk mempercepat rehabilitasi rekonstruksi pasca bencana adalah adanya dukungan pemerintah dengan segala regulasi dan kebijakannya,” ujarnya.

Mengakhiri paparannya dalam rangka memperingati 20 tahun bencana Tsunami Aceh, Taqwaddin menyarankan kepada akademisi dan aktivis kebencanaan untuk melakukan kajian evaluasi terhadap strategi-strategi yang telah dilakukan berdasarkan pengalaman di Aceh. “Sehingga diketahui strategi mana yang layak diikuti menjadi model dan mana yang tidak patut ditiru.”

Acara yang diselenggarakan oleh MPBI (Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia) itu dihadiri 200-an peserta dari seluruh Indonesia, baik online maupun offline.[]

Komentar

Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy