Seorang qari di Bireuen bernama Teungku Hasbi Geudong meninggal dunia saat membaca ayat pertama Surah Al Isra di momen peringatan Isra’ Mi’raj, di Masjid Al Mujahidin, Gampong Geudong-geudong, Kecamatan Kota Juang, Bireuen, pada Minggu malam, 26 Januari 2025, bakda isya.
Teungku Hasbi yang juga seorang qari itu berpulang ke rahmatullah saat melantunkan ayat pertama dari Surah Al Isra. Di dalam ayat tersebut, Allah SWT berfirman yang artinya: “Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Ayat itu menjelaskan tentang Isra’ Mi’raj, sebuah peristiwa besar dalam Islam ketika Allah menurunkan perintah salat lima waktu bagi setiap muslim. Sejumlah makna juga terkandung di dalam ayat pertama tersebut sebagaimana yang telah dijelaskan para ulama, di antaranya:
Pertama, pengakuan atas keagungan dan kuasa Allah ta’ala, Tuhan semesta alam. Dalam Tafsir Alquran al-‘Azhim, Imam Ibnu Katsir menjelaskan pada permulaan ayat 1 surat Al Isra, Allah Ta’ala memuji diri-Nya sendiri, mengagungkan kedudukan-Nya, sebab kekuasaan-Nya atas apa yang tidak dikuasai siapa pun selain Dia.
Oleh karena itu, tidak ada Tuhan selain diri-Nya yang mampu memperjalankan hamba-Nya (Rasulullah) dalam suatu malam dari Masjidil Haram yang berada di Makkah ke Masjid Al Aqsa yang berada di Baitul Maqdis.
Senada dengan pendapat Ibnu Katsir, Imam al-Maraghi dalam kitab Tafsirnya berpendapat peristiwa Isra Miraj menjadi sanggahan terhadap kesucian Allah SWT yang disangka oleh orang-orang musyrik yang mengatakan bahwa Allah SWT memiliki sekutu di antara makhluk-Nya, serta mempunyai istri dan anak.
Kedua, hiburan bagi Rasulullah SAW setelah melewati tahun kesedihan. Sebelum terjadinya Isra’ Mi’raj, Rasulullah SAW mengalami kedukaan mendalam setelah sang istri Ummu Khadijah berpulang ke rahmatullah.
Khadijah sepanjang hayatnya setia menemani perjuangan lika-liku dakwah Rasulullah SAW.
Khadijah juga orang pertama yang mengimani kenabian Rasulullah SAW.
Tak berhenti sampai di situ, perjuangan nyata Khadijah dibuktikannya dengan membela dan menghibur Rasulullah SAW dari orang-orang yang mencemoohnya.
Dalam tahun itu pula, Rasulullah ditinggal pamannya sendiri, Abu Thalib yang sangat melindungi perjuangan dakwahnya. Kematian dua orang paling penting bagi Rasulullah inilah disebut dengan tahun kesedihan atau ‘Amul Huzni.
Di tengah duka cita dan kian banyaknya intimidasi orang-orang kafir Quraisy yang diterima Rasulullah, Allah SWT “menghibur” Rasulullah SAW dengan memperjalankannya hingga ke langit ketujuh untuk menemui-Nya.
Ketiga, peristiwa untuk meneguhkan keimanan umat Muslim. Isra’ Mi’raj yang hingga kini seringkali diperingati oleh sebagian besar kaum Muslimin, pada dasarnya sebagai memotivasi dan penyemangat untuk meneguhkan keimanan. Peristiwa besar dan ajaib atas kuasa Allah SWT tersebut harus diyakini sebagai mukjizat bagi Rasulullah SAW.
Dalam peristiwa itu pula Allah SWT mengajarkan bahwasanya setiap kesulitan yang dihadapi manusia, apabila dilalui dengan kesabaran, kepasrahan, serta berupaya untuk melaluinya niscaya akan diberikan jalan keluar.
Penghiburan yang Allah SWT berikan kepada Rasulullah SWT merupakan bukti tersirat setiap kesulitan akan ada kemudahan dan hikmah bagi mereka yang sanggup melaluinya dengan baik. Bersabar bukan berarti tidak mengerahkan daya dan upaya.
Bersabar dalam ujian dan cobaan justru yang lebih mendekatkan seorang hamba dengan Tuhan-Nya. Sebagaimana perjalanan Rasulullah bertemu dengan Allah menuju langit ke tujuh dalam peristiwa Isra’ Mi’raj.[]
Komentar
Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy