Lhokseumawe – Pengamat politik dari Universitas Malikussaleh (Unimal), M. Akmal, menilai generasi muda Aceh bakal jadi penentu kemenangan pemilihan gubernur, bupati maupun wali kota di Pilkada serentak 2024.
Karena itu, kata Akmal, generasi muda Aceh akan melihat ‘kotak kosong’ sebagai pilihan pasti, bila kotak yang berisi atau pasangan calon yang bertarung di Pilkada, dianggap ‘tidak layak’. Jika ‘kotak kosong’ menang di wilayah tertentu, tambah Akmal, telah tersedia aturan untuk dilaksanakan Pilkada ulang pada 2025.
“Masyarakat harus memahami ini. Lebih-lebih hal ini harus dipahami oleh generasi muda Aceh yang kali ini mendominasi 50 persen dari seluruh pemilih di Aceh,” ujar Akmal dalam keterangan tertulisnya kepada Line1.News, Sabtu, 14 September 2024.
Menurut Akmal, kelompok generasi muda Aceh ini sangat cerdas dalam mencerna isu-isu yang bertebaran di media sosial, seperti TikTok, Instagram, maupun Facebook. Sebab, mereka tumbuh dan besar pada era revolusi media modern.
“Tidak mudah bagi mereka menerima isu-isu yang mengandung cacian, makian yang dibungkus dalam strategi black campaign [terhadap paslon Pilkada]. Mereka akan lebih cerdas menilai mana isu yang baik dan buruk,” ujar Dosen Ilmu Politik FISIP Unimal ini.
Generasi muda yang dimaksud Akmal digolongkan ke dalam gen-Z dan gen milenial. Menurut survei pada April 2024 oleh Forbes Advisor dan Talker Research terhadap 2.000 warga Amerika, 45 persen gen-Z lebih cenderung melakukan “pencarian sosial” melalui situs-situs seperti TikTok dan Instagram daripada Google.
Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan sekitar 35 persen milenial, 20 persen gen-X, dan kurang dari 10 persen boomer.
Gen-Z Aceh
Jumlah pemilih Aceh di Pilkada nanti mencapai 3.742.037 jiwa. Sementara berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia 2020, hampir 50 persen dari jumlah pemilih itu terdiri dari gen-Z dan gen milenial.
Rinciannya, ada 1.531.897 gen-Z yang terdiri dari 786.524 laki-laki dan 745.373 perempuan. Sementara gen milenial jumlahnya 1.377.887 jiwa; 695.067 laki-laki dan 682.820 perempuan.
Gen-Z merupakan generasi yang lahir mulai 1997-2012, dan saat ini berusia 12-27 tahun. Sementara milenial adalah generasi yang lahir pada 1981-1996, yang kini berusia 24-39 tahun.
Merujuk pada data di atas, kata Akmal, pemimpin yang akan lahir dalam Pilkada Aceh sangat ditentukan oleh gen-Z dan milenial.
“Dalam pandangan ilmu politik atau ilmu negara, kaum muda ini disebut juga ‘Iron Stock‘, generasi calon pemimpin bangsa di masa depan, dapat menggantikan generasi sebelumnya dan melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan,” ujar Akmal.
Kaum Iron Stock ini, kata dia, lebih menyukai konten dalam media sosial yang didominasi oleh TikTok dan Instagram.
“Pilkada serentak Aceh kali ini adalah kesempatan emas bagi kaum Iron Stock untuk menetapkan pilihan siapa pemimpin daerah yang tepat, baik di tingkat provinsi, kabupaten maupun kota,” ungkap Akmal.
Menurut dia, kaum Iron Stock adalah generasi yang relatif belum terkontaminasi dengan politik uang. “Mereka adalah pemilih rasional dan cerdas, lebih mudah mencerna visi dan misi setiap calon kepala daerah yang disampaikan melalui media sosial, dibanding kampanye lapangan.”
Akmal berharap kaum muda Aceh kali ini benar-benar menjadi pemilih cerdas yang akan memilih pemimpin untuk masa depan mereka sendiri.
“Kaum Iron Stock adalah pemilik masa depan Aceh, mereka yang akan langsung merasakan dampaknya jika salah memilih pemimpin.”
Akmal juga berharap 50 persen pemilih generasi muda Aceh sebagai “pemilik masa depan” Aceh tidak boleh meremehkan hak-hak mereka. Sebab, Pilkada adalah proses “rekruitmen politik” atau proses menjaring dan memilih pemimpin yang dilindungi serta diberi hak oleh undang- untuk seluruh rakyat agar selektif dan cerdas dalam menentukan pemimpin Aceh lima tahun ke depan.
“Pilkada tidak sekadar mencoblos dalam bilik suara, memberi hak suara, tapi ini adalah kesempatan menentukan masa depan Aceh, khususnya penentuan masa depan kaum Iron Stock itu sendiri sebagai pemilik Aceh.”
Cawagub Gen-X vs Cawagub Milenial
Data diperoleh Line1.News, bakal calon wakil gubernur Muhammad Fadhil Rahmi atau Syeh Fadhil kelahiran 1978, termasuk dalam golongan gen-X. Gen-X adalah generasi yang lahir pada 1965-1980, dan sekarang berusia 40-55 tahun.
Dari data BPS, jumlah gen-X Aceh hampir satu juta, tepatnya 991.294 ribu jiwa. Gen-X merupakan generasi muda ‘produktif’ yang kini banyak menduduki dunia kerja, baik mandiri atau dalam organisasi, atau menjadi politisi muda.
Karena itu, Akmal menilai pemilihan Syeh Fadhil sebagai pengganti almarhum Tu Sop untuk mendampingi Bustami sudah tepat. Terlebih lagi, Syeh Fadhil adalah politisi (anggota DPD RI utusan Aceh) cum intelektual muda Aceh (lulusan Al-Azhar Mesir) yang dianggap menguasai agama dengan baik.
“Syeh Fadhil bisa mewakili gen-X Aceh. Tiga generasi ini, gen-Z, gen milenial dan gen-X adalah pemilik 50-60 persen suara dalam Pilkada Aceh,” ungkap Akmal.
Sementara Muzakir Manaf atau Mualem saat ini didampingi oleh Cawagub Fadhlullah atau Dek Fad, anggota DPR RI kelahiran 1981. Dek Fad masuk kategori kaum milenial Aceh yang jumlahnya mencapai 1.337.887 jiwa. Karena itu, kata Akmal, Pilkada Aceh 2024 adalah pertarungan kaum Iron Stock. “Keduanya [Syeh Fadhil dan Dek Fad] sama-sama kaum Iron Stock Aceh.”[]
Komentar
Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy