Memungut Sampah di Malam Lebaran

Suasana di Lapangan Hiraq Lhokseumawe, Selasa, 9 April 2024, malam. Foto: portalsatu

Pria berambut gondrong dan berkacamata hitam itu berjalan dari pelataran parkir sepeda motor di Lapangan Hiraq Lhokseumawe. Langkahnya terhenti di dekat sampah plastik yang baru saja ditinggalkan sejumlah warga setelah nongkrong di lapangan berumput. Dia memungut satu persatu sampah tersebut, lalu dibawa dengan kedua tangannya dan ditumpuk di bawah sebatang pohon yang memayungi lapangan parkir.

Zulkifli alias Fadnet namanya. Selasa malam, 9 April 2024, tukang parkir di Lapangan Hiraq itu mengenakan kemeja lengan panjang bermotif kotak-kotak yang masih baru. Dipadu jeans (jin) abu-abu plus sepatu hitam putih, melengkapi penampilannya yang apik pada malam lebaran.

Walaupun berpenampilan necis, Zulkifli tidak merasa ragu-ragu memungut sampah-sampah bekas kantong makanan dan minuman ditinggalkan orang-orang usai bersantai di Lapangan Hiraq.

Hampir tiap malam banyak orang nongkrong di lapangan upacara milik Pemko Lhokseumawe itu. Ramai warga duduk berkelompok-kelompok di lapangan di muka Wisma Tamu Kota Lhokseumawe, depan Masjid Agung Islamic Center tersebut.

Para warga duduk bersila beralas rumput, bercakap-cakap sambil menyantap makanan dan minuman yang mereka bawa. Setelah bersantai satu-dua jam di situ, orang-orang–sebagian di antaranya datang bersama keluarganya–angkat kaki dengan meninggalkan sampah.

Sampah itulah yang dipungut Zulkifli. Setelah tiga kali bolak balik memungut sampah dan menumpuk plastik-plastik bekas kantong makanan dan minuman tersebut di bawah pohon tadi, dia kembali ke tempat parkir. Pria 50 tahun itu mengatur letak beberapa sepeda motor agar terparkir rapi.

Sejurus kemudian, kedua tangan Zulkifli merogoh saku kanan dan kiri celananya. Dia mengeluarkan beberapa lembar uang kertas sudah lusuh dan diremas. Di antara remang-remang cahaya lampu, Zulkifli memelototi uang dengan menurunkan letak kacamata hitam ke ujung hidungnya. Lalu uang rupiah itu dimasukkan ke saku kiri celananya.

Dari area parkir tersebut, Zulkifli kembali mengamati Lapangan Hiraq. Ketika ada lagi sampah yang dibuang sembarangan oleh beberapa orang–padahal di pinggir lapangan tersedia tong sampah–dia kembali memungut.

“Bek meuri that kuto nah (jangan terlihat kotor),” ucap Zulkifli saat portalsatu.com menanyakan mengapa ia mau memungut sampah-sampah yang ditinggalkan orang-orang yang nongkrong di Lapangan Hiraq.

Zulkifli mengaku saban malam memungut sampah sambil bekerja sebagai tukang parkir sejak Lapangan Hiraq menjadi tempat berkumpul banyak warga di bekas Kota Petrodolar itu.

“Minimal hana jorok that pemandangan,” kata Zulkifli yang berdomisili di Desa Simpang Empat, Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe.

Menurut Zulkifli, sampah plastik yang ia pungut dan dikumpulkan di bawah sebatang pohon di Lapangan Hiraq itu akan diangkut oleh petugas kebersihan dari Dinas Lingkungan Hidup Lhokseumawe esok hari.

“Kana lom broh, lon cok dile bek meuganggu pemandangan (sudah ada lagi sampah, saya pungut sekarang agar tidak mengganggu pemandangan),” ujar Zulkifli sambil melangkah untuk memungut sampah yang ditinggalkan orang-orang setelah nongkrong di Lapangan Hiraq.

Zulkifli mengaku memiliki lima anak. Si sulung sudah tamat SMA, sementara yang bungsu masih siswa Sekolah Dasar Negeri 10 Banda Sakti. Istrinya asal Idi, Aceh Timur, tidak memiliki pekerjaan alias hanya ibu rumah tangga.

Istri dan anak-anaknya yang menunggu di rumah patut berbangga, karena Zulkifli termasuk “manusia langka”. Dia memungut sampah secara sukarela untuk menjaga kebersihan dan keindahan wajah kota.

Zulkifli berbuat mulia di tengah kumandang takbir yang terus menggema di malam hari raya.[](portalsatu)

  • Tags:
  • #

Komentar

Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy