Penyebutan al-Masih untuk Nabi Isa as dan Dajjal muncul dalam Al-Qur’an maupun hadis. Kedua penyebutan ini kerap membingungkan banyak orang karena kedua sosok tersebut bertolak belakang.
Melansir Muhammadiyah.or.id, secara bahasa, al-Masih berasal dari akar kata Arab ‘masaha’ yang berarti mengusap, menghapus, atau pergi. Kata al-Masih juga memiliki ragam makna jika dikaitkan dengan kalimat lainnya.
Kata al-Masih berasal dari bahasa Ibrani, artinya adalah berkah, yakni keberkahan yang diberikan kepada para nabi atau orang yang meniadakan kezaliman dan memberikan petunjuk untuk manusia.
Kata dajjal sendiri ditemukan di 4.056 hadis. Sedangkan kata dajjal yang diiringi kata fitnah atau ‘fitnati dajjal’ sebanyak 341 hadis. Lalu, kata dajjal yang diiringi kata al-Masih atau ‘fitnati masihi dajjal’ sebanyak 330 hadis.
Di antara beberapa hadis yang menjelaskan makna tersebut, salah satunya adalah: “Dari Aisyah ra (diriwayatkan), aku mendengar Rasulullah SAW memohon perlindungan dalam salatnya dari fitnah Dajjal [H.R. al-Bukhari].
Hadis tersebut menunjukkan bahwa kata al-Masih yang dikaitkan dengan kata dajjal mengandung makna negatif (pendusta, huru hara akhir zaman atau keburukan lainnya dari fitnah Dajjal). Oleh karenanya umat Islam dianjurkan berdoa memohon perlindungan diri kepada Allah SWT dari bahaya Dajjal dan peristiwa buruk di akhir zaman.
Adapun kata al-Masih yang dikaitkan pada Isa disebut dalam al-Qur’an sebanyak delapan kali, yakni pada surah Ali-Imran (3) ayat 45; an-Nisa (4) ayat 157, 171-172; al-Maidah (5) ayat 17, 72, 75; dan at-Taubah (9) ayat 30. Sedangkan kata al-Masih Isa yang disebut dalam hadis Nabi SAW ada sekitar 36 hadis.
Di antara beberapa dalil yang menjelaskan sebutan al-Masih untuk Isa adalah: “Ingatlah ketika para Malaikat berkata: Wahai Maryam sesungguhnya Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu tentang sebuah kalimat (firman) dari-Nya (yaitu seorang putra) namanya al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan kepada Allah.” [Q.S. Ali ‘Imran (3): 45).
Makna al-Masih dapat berubah sesuai konteksnya, seperti pada kata Isa dan Dajjal yang memiliki makna berbeda. Menurut Abu Haisam, kata al-Masih dikaitkan dengan kata Isa bermakna orang yang benar.
Menurut Ibnu Sidah kata tersebut disandarkan kepada Isa karena kejujurannya, atau orang yang selalu berjalan di bumi tidak menetap, mengusap dengan tangannya kepada orang yang buta matanya dan berpenyakit kusta menjadi sembuh atas izin Allah.
Isa dikatakan al-Masih artinya seorang raja, makna ini dalam pengertian ruhaniah bukan secara fisik. Di kalangan ahlul kitab sudah mengenal akan datang al-Masih dari kalangan mereka dan berkeyakinan bahwa al-Masih akan mengembalikan kekuasaan di bumi ini yang telah hilang. Oleh sebab itu, setelah lahir Nabi Isa yang diberi gelar al-Masih mereka beriman dan berkeyakinan bahwa orang inilah yang diberitakan oleh para nabi sebelumnya.
Isa dijuluki al-Masih karena Allah mengangkatnya ke langit dan menyerupakan wajah seseorang dengan wajahnya, hal ini untuk menyelamatkan Isa dari orang-orang kafir. Adapun kata al-Masih dikaitkan dengan ad-Dajjal bermakna sifat yang buruk, buta mata, demikian menurut Abu Ubaidah. Kata dajjal itu sendiri memiliki arti menarik, menyerat, pendusta, pemalsu atau seorang yang buta matanya.
Jika dua kata digabung, al-Masih ad-Dajjal, berarti seorang pendusta atau pembohong. Sehingga suatu saat akan ada orang yang mengaku al-Masih seperti al-Masih Isa tetapi berperilaku buruk seperti Dajjal.
Dengan demikian, kata al-Masih memiliki makna berbeda ketika disandarkan kepada kalimat lainnya. Jika disandarkan kepada Isa atau al-Masih Isa mengandung makna positif yakni jujur, nama gelar dan penghormatan seperti sultan, raja, raden, kanjeng atau lainnya.
Sementara kata al-Masih yang disandarkan kepada Dajjal atau al-Masih ad-Dajjal mengandung makna negatif yakni pendusta dan bahaya huru hara akhir zaman.[]


Komentar
Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy