Ini Dia 5 ‘Raja Mi Instan’ RI

Ilustrasi mi instan. Foto: unsplash.com
Ilustrasi mi instan. Foto: unsplash.com

Di Indonesia, ada beberapa jenama mi instan yang diproduksi oleh perusahaan-perusahan berbeda. Beberapa dari produk mi instan tersebut bahkan telah go internasional.

Tentunya, kesuksesan bisnis mi instan tersebut telah mengantarkan para pemilik perusahaannya menjadi konglomerat. Mereka juga berhasil menempatkan diri di daftar orang terkaya Indonesia, berkat kontribusi besar terhadap perkembangan bisnis mi instan.

Lantas, siapa saja konglomerat yang berhasil menduduki jajaran orang terkaya se-Indonesia berkat mie instan? Berikut daftar lima “Raja Mi Instan” RI yang dilansir dari Forbes.

1. Anthoni Salim

Jenama Indomie lekat dengan nama Antoni Salim, pemimpin Salim Group. Selain membuat Indomie, Salim Group adalah investor sektor makanan, ritel, perbankan, telekomunikasi, dan energi.

Anthoni juga CEO Indofood–salah satu anak perusahaan Salim Group–produsen mi instan terbesar di dunia dengan Indomie sebagai produk unggulan. Pendapatan Indofood USD 6,4 miliar atau sekitar Rp96,8 triliun.

Selain itu, Anthoni juga menjabat Presiden Direktur Emiten Consumer Goods PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan juga anak perusahaannya, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yang merupakan produsen indomie.

Saat ini, Anthoni Salim berada di posisi kelima orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan mencapai USD 10,3 miliar, sekitar Rp156,2 triliun.

2. Jogi Hendra Atmadja

Jogi pemimpin Mayora Group, salah satu perusahaan makanan terbesar di Indonesia. Grup ini memasarkan produk-produk seperti Kopiko, Danisa, dan Roma di lebih dari 100 negara, termasuk mi instan seperti Mie Oven, Migelas, dan Bakmi Mewah.

MYOR didirikan pada 1977 dengan pabrik pertama berlokasi di Tangerang. Setelah mampu memenuhi pasar Indonesia, Perseroan melakukan Penawaran Umum Perdana dan menjadi perusahaan publik pada 1990.

Kekayaan Jodi saat ini mencapai USD 4,4 miliar atau sekitar Rp66,7 triliun. Dia berada di posisi ke-11 orang terkaya Indonesia.

3. Husain Djojonegoro

Husain bersama dua saudaranya menjalankan bisnis Orang Tua Group, yang dikenal dengan produk makanan dan minuman. Selain itu, mereka juga mengelola ABC Group yang memproduksi berbagai produk, termasuk mi instan dengan merek Mie ABC dan Gurimi.

Orang Tua Group juga pernah mengedarkan beberapa produk mi instan yang eksis pada awal 2000-an, antara lain Mie Selera Rakyat, Kare Mie, dan Happy Mie. Namun sayangnya, ketiga merek mie instan tersebut sudah tidak diproduksi lagi.

Saat ini, Husain memiliki kekayaan sebesar USD 1,15 miliar atau sekitar Rp17,4 triliun, menjadikannya orang terkaya ke-42 di Indonesia.

4. Eddy Katuari

Eddy mengelola Wings Group yang memproduksi barang-barang kebutuhan rumah tangga, salah satunya Mie Sedaap, yang telah dijual di banyak negara.

Ia generasi kedua Grup Wings dan putra dari pendiri Wings Group, Johannes Ferdinand Katuari. Perusahaan keluarga ini awalnya didirikan oleh Ferdinand Katuari dan Harjo Sutanto pada 1948 di Surabaya, bernama Fa Wings. Saat itu usahanya adalah membuat sabun batangan di rumah.

Di bawah kepemimpinan Eddy, Wings Group melebarkan sayapnya ke produk rumah tangga, perawatan pribadi, dan produksi makanan.

Dengan kekayaan saat ini yang mencapai USD 1,03 miliar atau sekitar Rp15,6 triliun, Eddy berada di peringkat ke-46 dalam daftar orang terkaya di Indonesia.

5. Djajadi Djaja

Djajadi penggerak awal bisnis Indomie. Sejak 1959, dia mulai berbisnis bersama kawan-kawan SMA membangun sebuah firma bernama FA Djangkar Djati, belakangan namanya diganti Wicaksana Overseas International.

Kemudian Djajadi dkk mendirikan Sanmaru Food Manufacturing pada April 1970 Dua tahun kemudian perusahaan ini memproduksi mi instan dengan nama Indomie, singkatan dari Indonesia Mie.

Sementara itu, Liem Sioe Liong atau Sudono Salim yang berbisnis tepung terigu, juga berbisnis mi instan dengan merek Sarimie dan Supermie lewat PT Lima Satu Sankyu dan PT Sarimi Asli Jaya sejak 1968.

Liem mendekati Djajadi dan ikut produksi Indomie, dengan mendirikan PT Indofood Eterna pada 1984. Tak lama setelah Indomie dan Sarimie bersatu, Supermie juga ikut bergabung.

Namun, pada 1993, perusahaan Djajadi mengalami masalah keuangan. Akibatnya, Salim Group mendepaknya dari Indofood.

Djajadi kemudian melanjutkan berjualan mi instan di bawah naungan PT Jakarana Tama. Perusahaan ini dikenal sebagai perusahaan yang menjual Mie Gaga, Mie “100”, “1000”, Mie Gepeng, Mie Telor A1, Otak-otak, hingga Sosis Loncat.

Kini, Djajadi menjabat sebagai Komisaris di PT Wicaksana Overseas International Tbk.[]

Komentar

Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy