Hongshi Group Asal Cina Buka Pabrik Semen di Aceh Selatan, Kok Bisa?

Kawasan industri PT Semen Imasco Asiatic di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Foto: singamerah.com

Tapaktuan – Pemerintah Aceh Selatan disebut-sebut memberikan izin untuk perusahaan asal Cina mendirikan pabrik semen di kabupaten tersebut.

Melansir kumparan.com, Penjabat Bupati Aceh Selatan Cut Syazalisma telah menandatangani kesepakatan pendirian pabrik semen dengan PT Kobexindo Cement, konsorsium Hongshi Holding Group, di Jakarta, Sabtu, 18 Mei lalu.

Rencananya, pabrik tersebut mampu memproduksi 6 juta ton semen per tahun. Sedangkan nilai investasi pembangunan pabrik ini sekira Rp10 triliun.

Keputusan Pemerintah Aceh Selatan memberi karpet merah pada perusahaan semen Cina itu ditentang Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Lilik Unggul Raharjo. Dalam keterangan tertulisnya, Lilik mengungkapkan saat ini pasokan semen di dalam negeri telah berlebih atau oversupply.

Kebutuhan semen dalam negeri saat ini, kata Lilik, 65,5 juta ton. “Sementara produksi 119,9 juta ton. Jadi kelebihan pasokan 54,4 juta ton,” ujarnya.

Selain itu, pemerintah telah membuat moratorium yang tidak ada lagi mengizinkan adanya pabrik semen baru, kecuali untuk Papua dan Maluku.

Lilik menganggap keputusan Pemerintah Aceh Selatan bertolak belakang dengan moratorium tersebut, dan akan mengancam tiga pabrik semen di Sumatera. Ketiganya pabrik milik BUMN. Di Aceh ada PT Solusi Bangun Andalas dengan produksi 1,8 juta ton per tahun. Di Sumatera Barat terdapat PT Semen Padang dengan kapasitas 8 juta ton, dan di Sumatera Selatan ada PT Semen Baturaja yang berkapasitas 2,5 juta ton semen.

Di Dumai, tambah Lilik, juga ada PT Semen Padang meski produksinya tak besar. Lainnya adalah pabrik semen swasta nasional yang merambah Sumatera. “[Pabrik-pabrik semen] Ini dipastikan akan gulung tikar,” tegasnya.

Lilik mengatakan dalam perizinan berusaha industri semen via Online Single Submission (OSS) saat ini, juga sudah ada kebijakan moratorium investasi pabrik semen baru.

Perusahaan boleh membangun pabrik semen tapi di daerah tertentu seperti di Papua, Papua Barat, Maluku dan Maluku Utara. Namun, ini belum tertuang dalam Peraturan Pemerintah tentang Daftar Prioritas Investasi

“Perizinan berusaha via OSS per 31 Maret 2024 sudah terintegrasi secara elektronik dengan izin lingkungan (Amdal),” ujar Lilik.

Industri semen dikategorikan risiko menengah tinggi. Karena itu, dalam mengajukan perizinan berusaha berbasis risiko dan agar kegiatan industri menjadi legal, harus mengajukan lewat OSS dan SIINas dengan output atau keluaran NIB (Nomor Induk Berusaha) berlaku efektif dan Sertifikat Standar.

Setelah itu, Kementerian Perindustrian akan melakukan verifikasi teknis kepada industri Penanaman Modal Asing sebelum izin tersebut diterbitkan.

Sementara saat mengajukan kewajiban maupun fasilitasi seperti Sertifikasi SNI wajib, TKDN, insentif keringanan fiskal, dan lainnya, perusahaan wajib memiliki izin yang telah berlaku efektif (NIB dan Sertifikat Standar).

“Jika PT Kobexindo Cement atau Hongshi tetap membangun pabrik semen di Aceh tanpa mengajukan permohonan perizinan via OSS, ke depannya akan kesulitan dalam mengajukan persyaratan berusaha yang diwajibkan. Sebagai contoh, sertifikat SNI dan produk yang dihasilkan akan menjadi tidak legal yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku,” kata Lilik.

Dia mengatakan isu tersebut pekan depan akan dibahas di tingkat kementerian antara Kementerian Perindustrian dan Kementerian Investasi. Kementerian Perindustrian akan memberikan prosedur prosedur perizinan berusaha via OSS dan SIINas yang harus dilalui oleh perusahaan.

Siapa Hongshi Holdings Group?

Agustus tahun lalu, PT Kobexindo dan Hongshi Holding Group juga telah membangun pabrik semen di Kalimantan Timur (Kaltim). Dikutip dari website resmi Pemerintah Kaltim, target produksi pabrik semen tersebut sekitar 8 juta ton per tahun.

Gubernur Kaltim Isran Noor saat meresmikan produksi tahap pertama PT Kobexindo Cement, mengharapkan kehadiran pabrik semen yang berpusat di Kota Lanxi, Provinsi Zhejiang, China, itu mampu memasok kebutuhan semen di Kaltim dan Indonesia, terutama Ibu Kota Nusantara (IKN).

Sementara dalam situs singamerah.com, Hongshi Holdings Group mengeklaim diri sebagai salah satu dari 500 perusahaan Cina teratas, 500 perusahaan swasta Cina teratas, dan salah satu dari dua belas perusahaan semen berskala nasional yang didukung oleh negara.

Hongshi Group memiliki tiga bisnis utama yaitu industri semen, perlindungan lingkungan dan investasi keuangan, dengan jumlah karyawan lebih dari 16 ribu orang. Akhir 2020, total aset korporasi ini mencapai 62,5 miliar yuan. Pada tahun yang sama, total penjualan semen dan klinker komersial perusahaan mencapai 105,53 juta ton, dengan keuntungan 8,5 miliar yuan.

Grup ini memiliki lebih dari 50 perusahaan semen berskala besar di Zhejiang, Jiangxi, Fujian dan 10 provinsi lainnya di Cina. Di luar negeri, mereka memiliki lima proyek semen berskala besar di Laos, Nepal, Myanmar, dan Indonesia lewat PT Semen Imasco Asiatic sejak Februari 2018. Semen Imasco Asiatic berlokasi di Jember, Jawa Timur.

Akhir 2021, perusahaan itu mendapat sorotan tajam setelah Anggota Komisi VII DPR RI, Yulian Gunhar mendesak transparasi pengelolaan pajak Semen Imasco Asiatic, khususnya kontribusi terhadap masyarakat dan Pemerintah Jember.

“Kalau kita tertib membayar pajak, CSR (Corporate Social Responsibiliy) perusahaan ini akan lebih baik. Perlu transparan dengan pemerintah kabupaten untuk perlu dilibatkan. Bagaimanapun Bupati Jember adalah pemegang kekuasaan tertinggi di daerah setempat. Jadi, perlu koordinasi, secara legitim dapat dukungan dari masyarakat Jember,” ujar Yulian saat mengikuti Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI ke PT Semen Imasco Asiatic, di Jember, Jawa Timur, Selasa, 14 Desember 2021, dikutip dari asiatoday.id.

Selain itu, Yulian juga mendapatkan informasi 80 persen pekerja di pabrik semen itu berasal dari penduduk lokal, dan 20 persen dari Cina. “Namun, saya belum melihat pada posisi strategis di perusahaan belum tampak wajah pribumi Indonesia,” tegas Anggota Fraksi PDI-Perjuangan DPR RI ini. [](Sha)

Komentar

Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy