Doa dan Cara Sujud Sahwi Bila Lupa Sunah Ab’ad

Ilustrasi Sujud Sahwi. Foto: Nu Online

SHALAT tidak hanya memiliki syarat dan rukun, tetapi juga memiliki kesunahan-kesunahan. Kesunahan dalam shalat dibagi dua: sunah ab’ad dan sunah hai’ah.

Abu Bakar Muhammad bin Syatha’ Dimyathi dalam kitab I‘anatut Thalibin menjelaskan sunah ab’ad adalah sunah yang dianjurkan kuat untuk diganti dengan sujud sahwi jika meninggalkannya. Bahkan, menurut Syekh Muhammad bin Syatha’, sunah itu dinamakan ab‘ad karena menjadi bagian dari rukun shalat.

Adapun Syekh Salim bin Sumair Al-Hadhrami dalam Kitab Safinatun Naja mengategorikan sunah ab’ad ada tujuh.

Pertama, meninggalkan tasyahud awal. Dalil atas perkara ini adalah sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Dawud dan Muslim yang menjelaskan Rasulullah SAW hanya duduk sekali dan dilanjutkan dengan dua sujud.

Kedua, tidak duduk untuk tasyahud awal. Hal ini dilandaskan atas dalil hadits yang telah disebutkan di atas.

Ketiga, tidak membaca shalawat nabi pada tasyahud awal.

Keempat, tidak membaca shalawat kepada keluarga nabi pada tasyahud akhir.

Kelima, tidak membaca qunut.

Keenam, tidak membaca shalawat salam kepada nabi pada qunut.

Ketujuh, tidak membaca shalawat kepada keluarga nabi pada qunut.

Jika sunah-sunah ini ditinggalkan atau ragu apakah belum atau sudah melaksanakannya, dianjurkan untuk digantikan dengan sujud sahwi.

Tata Cara Sujud Sahwi

Sujud sahwi dilaksanakan sebanyak dua kali sebelum salam. Cara melakukannya, setelah bacaan terakhir pada tasyahud akhir, sujudlah dengan membaca doa:

سُبْحَانَ مَنْ لَا يَسْهُو وَلَا يَنَامُ

Subhāna man lā yashū wa lā yanāmu

Artinya, “Mahasuci Zat yang tidak lupa dan tidak tidur.”

Ada juga lafal alternatif sujud sahwi yang disebutkan Syekh M Nawawi Al-Bantani:

سُبْحَانَ مَنْ لَا يَسْهُو وَلَا يَغْفُلُ

Subhāna man lā yashū wa lā yaghfulu

Artinya, “Mahasuci Zat yang tidak lupa dan tidak lalai.”

Bagi yang belum bisa doa tersebut, beberapa ulama mengatakan boleh juga dibaca bacaan sujud seperti biasanya yaitu, “Subhana rabbiyal a’la wa bihamdih“.

Setelah itu, bangkit dari sujud dan duduk dalam posisi iftirasy seperti pada tasyahud awal. Usahakan ada tumakninah atau diam sejenak sekedar bacaan “Subhanallah“.

Atau bila ingin lebih sempurna, ada pendapat yang mengatakan untuk membaca doa duduk antara dua sujud, yaitu “Rabbighfirlii warhamnii wajburnii warfa’nii warzuqnii wahdinii wa’aafinii wa’fu ‘annii“. Barulah setelah itu, sujud sekali lagi dan dilanjutkan dengan salam untuk mengakhiri salat.[](NU Online)

Komentar

Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy