Cerita Bingkisan Emas dan Barang Mewah dari Sultanah Zakiatuddin untuk Negeri Haramain

Cut Putri dan Lukisan Sultanah Inayat Syah Zakiatuddin Syah Johan Berdaulat Zilullahi Fil Alam (1678-1688 Masehi). Foto: Istimewa
Cut Putri dan Lukisan Sultanah Inayat Syah Zakiatuddin Syah Johan Berdaulat Zilullahi Fil Alam (1678-1688 Masehi). Foto: Istimewa

Banda Aceh – Salah satu Sultanah yang memimpin Aceh Darussalam, Inayat Syah Zakiatuddin Syah Johan Berdaulat Zilullahi Fil Alam (1678-1688 Masehi), pernah memberikan bingkisan mewah saat menjalin hubungan dengan Negeri Haramain (Makkah dan Madinah).

“Saat utusan Syarif Makkah datang ke Aceh, Sultanah menyambut dengan meriah dan memberikan banyak hadiah kepada Syarif Makkah,” ujar Cucu Sultan Aceh, Cut Putri, dalam keterangan tertulis kepada Line1.News, Minggu, 30 Juni 2024.

Sultanah Zakiatuddin naik takhta setelah Seri Para Putri Bergelar Sultanah Nurul Alam Naqiatuddin Syah Berdaulat Zilullahi Fil Alam (1675-1678 M), mangkat. Sebelum Naqiatuddin, yang berkuasa adalah Sultanah Tajul Alam Safiatuddin Syah Berdaulat Zilullahi Fil Alam (1641-1675 M) mangkat. Putri Seri Alam Permaisuri atau Safiatudin merupakan istri Sultan Iskandar Tsani (1636-1641 M). Adapun Iskandar Tsani menantu Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M).

Pada masa Sultanah Zakiatuddin, kata Cut Putri, Aceh didatangi penjelajah dan penyelidik ilmiah berkebangsaan Inggris ke Aceh. Namanya William Dampier. Dampier mengatakan Aceh saat itu berada dalam kemakmuran.

“Aceh yang saat itu telah berpuluh tahun berada dalam kepemimpinan para Tuan Putri yang bergelar Sultanah sama sekali tidak mengalami kemunduran, malah semakin bertambah kemakmurannya, dan ilmu pengetahuan pun berkembang pesat,” ujar Cut Putri yang juga Pemimpin Darud Donya Aceh Darussalam.

Selain itu, juga datang utusan Syarif Barakat (1672-1682 M) dari Haramain. Syarif adalah gelar yang diberikan pada gubernur yang memerintah tanah suci Makkah, Madinah dan Hijaz.

Utusan Syarif Makkah ini melaporkan Aceh dalam keadaan sangat makmur, dan dipimpin oleh Sultanah yang adil dan alim dalam melaksanakan ajaran Islam. Selain itu, kemakmuran dan kekayaan Aceh terkenal hingga Haramain.

Sultanah amat gembira dengan bingkisan dan hadiah yang diberikan oleh Syarif Makkah. Ia meminta utusan Syarief Makkah tinggal sementara di Aceh, sembari menyiapkan bingkisan balasan.

Dari Emas, Permata, Hingga Wewangian

Sultanah pun mengumpulkan emas yang sangat banyak. Ia juga mengirimkan tambahan uang sedekah untuk diberikan kepada para fakir miskin di Makkah.

Bingkisan mewah yang sangat banyak dikirim dari Aceh untuk Makkah, antara lain emas dan permata, uang sedekah, terompah emas beratnya tiga qintar, kapur Barus, kayu alu, kasturi, tiga replika kapal galeon Aceh yang terbuat dari emas, dan lampu untuk Ka’bah, dua tempayan wangi-wangian, lampu lilin, dan lain-lain. Kemudian untuk Madinah juga dikirimkan sekalian tempayan, lampu, wewangian, lilin, dan lainnya.

Namun, kata Cut Putri, ketika utusan kembali ke Makkah, Syarif Barakat telah mangkat, dan digantikan oleh Syarif Said Bin Syarief Barakat (1682-1683 M).

“Bingkisan dari Aceh sangat banyak dan berlimpah, sehingga diangkut dengan berbagai kapal-kapal besar menuju Makkah. Utusan dari Kesultanan Aceh juga turut hadir melihat pembagian sedekah dari Aceh kepada fakir miskin di Makkah,” ujar Cut Putri.

Kedermawanan dan kemurahan hati Sultanah Inayat Syah Zakiatuddin kemudian masyhur di tanah Arab. Hingga Syarif Makkah terakhir, Husein bin Ali Al Hasyimi (1908-1916 M), ketika Hijaz masih berada di bawah Kekhalifahan Turki Utsmani, kebaikan hati para pemimpin Aceh kerap disebut-sebut di tanah Arab.

“Syarif Husein bin Ali yang lahir tahun 1856 ini adalah Cucu Rasulullah keturunan 38 dari Nabi Muhammad SAW. Hal ini dapat menjadi teladan tentang kedermawanan dan kemurahan hati para raja Kesultanan Aceh Darussalam.”[]

Komentar

Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy