Lhoksukon – Atlet Terbang Layang Aceh, Ulthary dan Kenisya menyumbangkan medali emas untuk Tanah Rencong. Medali ini diraih setelah keduanya mengalahkan Dita dan Mentari dari Papua Tengah, di kategori lomba duration flight dual seater beregu putri, yang digelar di Venue Aerosport Bandara Malikussaleh, Kecamatan Muara Batu, Aceh Utara, Rabu, 11 September 2024.
Untuk mendapatkan medali emas tersebut Ulthary, 22 tahun, mengaku harus berjuang tanpa fasilitas dari pemerintah daerah. Bahkan, kata dia, untuk menjalani latihan sebelum perlombaan pihaknya harus meminjam fasilitas dari kontingen Papua. Sedangkan kontingen lain, sebut Ulthary, menggunakan fasilitas dari KONI daerahnya masing-masing.
“[Biaya selama latihan] murni sendiri, semuanya dari kami sendiri. Bahkan untuk ajang PON ini kami juga menggunakan pesawat dari panitia. Bukan pesawat dari Aceh [bukan pesawat yang disediakan pemerintah daerah/KONI Aceh]. Sedangkan kontingen lain menggunakan pesawat dari KONI [daerah]-nya sendiri. Hanya [atlet terbang layang] Aceh yang menggunakan pesawat dari panitia,” ujar Ulthary kepada Line1.News, Rabu sore, saat ditemui usai pengalungan medali oleh Penjabat Bupati Aceh Utara Mahyuzar.
Ia juga menjelaskan KONI Aceh memberikan uang saku. “Murni dari kami sendiri, kayak patungan aja gitu. Karena KONI kan ada memberikan anggaran berupa uang saku, uang itu yang kami sisihkan untuk [kebutuhan] latihan”.
Olahraga terbang layang butuh biaya tak sedikit. Untuk sekali terbang saja saat latihan, kata Ulthary, membutuhkan dana sekitar Rp750 ribu. Sebab, kata dia, glinder atau pesawat tanpa mesin yang digunakan atlet harus ditarik oleh pesawat jenis Cessna, yang memerlukan bensin dan biaya lainnya.
“Jadi memang begitulah, belum lagi biaya transport untuk ikut latihan di sana, di Subang [Jawa Barat],” ucap Ulthary.
Terlepas dari minimnya perhatian Pemerintah Aceh, Ulthary mengaku senang bisa tampil di PON XXI Aceh-Sumut. “Alhamdulillah saya ikut senang, karena tanpa pemerintah menfasilitasi pun berkat kegigihan [kami] bisa mendapatkan medali,” ujar atlet asli Aceh Timur ini. Karena itu, Ulthary sangat menaruh harapan kepada Pemerintah Aceh untuk memfasilitasi olahraga terbang layang.
Sebelumnya, Ulthary pernah mengikuti Kejuaraan Nasional Cabang Olahraga Terbang Layang di Lanud Suryadarma, Kalijati, Subang, Jawa Barat pada akhir Oktober hingga awal November 2022. Saat itu, Ulthary bersama Cristiannanda Andika mewakili Aceh dalam mata lomba Mix-Double Duration Flight Kelas Schweizer SGU 2-22 dan meraih medali perak.
Sementara itu, pelatih atlet Terbang Layang Aceh, Kresna Wiyoso mengatakan, pada PON XXI Aceh-Sumut pihaknya menggondol dua emas di kategori lomba duration flight dual seater beregu putri, dan satu perak di kategori praticion landing mix duble.
Menurut Kresna, untuk memperoleh hasil tersebut, para atlet harus berjalan dari ketertatihan. “Karena mereka berusaha secara maksimal meskipun tanpa biaya tapi atlet tetap semangat, dan memiliki motivasi tinggi sehingga tetap fokus pada perlombaan,” ujarnya.
Selaku pelatih, Kresna berharap kepada pemerintah agar terbang layang berkembang di Aceh. “Bagaimana cara berkembangnya? Aceh harus memiliki pesawat sendiri, karena dari situ Aceh bisa membentuk atlet-atlet putra daerah,” sebut Kresno.
Dengan adanya fasilitas, tambah Kresna, Terbang Layang Aceh akan berkembang sehingga pada PON mendatang bisa menyumbangkan emas lebih banyak lagi.[]
Komentar
Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy