Yogyakarta – Pendakwah milenial Habib Husein Ja’far Al Hadar mengungkapkan generasi muda harus mempunyai visi hidup dan kemampuan berpikir kritis.
Menurut Habib Ja’far, tanpa visi yang jelas, anak muda cenderung kehilangan arah dan mudah terjebak dalam kebiasaan mengomentari isu-isu di masyarakat tanpa memiliki pemahaman mendalam atau kompetensi di bidang tersebut.
“Kalau tidak sesuai dengan kompetensi saya, maka saya tidak akan berkomentar. Misalnya, dalam kasus fenomena Vina Cirebon, saya tidak ikut berkomentar karena itu bukan kompetensi saya; saya bukan orang hukum,” kata Habib Ja’far dalam acara IBFest bertajuk Merayakan Moderasi Beragama di Laboratorium IsDB Fisipol Universitas Negeri Yogyakarta secara daring, Ahad, dikutip pada Senin, 10 Juni 2024.
Penulis buku Tuhan Ada di Hatimu itu menjelaskan dalam filsafat, terdapat konsep teologis yang mengajak seseorang, terutama anak muda, untuk memiliki visi atau pandangan jauh ke depan.
“Anak muda sekarang suka kehilangan visinya atau bahkan tidak pernah mengungkap visinya sehingga sering mengomentari hidup orang lain. Dampaknya untuk mencapai tujuan hidup sesuai visi akan lama,” ujar Habib Ja’far.
Habib Ja’far menceritakan sejak duduk di bangku sekolah dasar, orang tuanya telah membantu membentuk visinya untuk menjadi seorang intelektual. Visi tersebut, membantu dia tetap fokus dan tidak mudah terpengaruh hal-hal yang tidak relevan dengan tujuannya.
“Kalau kita sudah punya visi, maka kita akan meninggalkan jejak digital yang positif dan hidup kita tidak akan aneh-aneh. Ketika nanti menjadi tokoh, kehidupan masa lalu kita akan terungkap dengan baik,” tuturnya.
Selain visi hidup, Habib Ja’far menyebut pentingnya memiliki pemikiran kritis, bagian dari teori filsafat Frankfurt atau teori kritis. Teori ini mengajarkan untuk selalu kritis terhadap sesuatu yang sudah dianggap selesai oleh masyarakat, termasuk membongkar konsep-konsep dibangun kolonialisme.
“Ini yang hilang dari anak muda sekarang, critical thinking. Pola pikir kritis yang ada sering ditelan begitu saja tanpa dipikirkan, apalagi dibagikan ke lainnya. Itulah yang sering kita tidak sadari di era media sosial. Pemikiran kritis yang hilang membuat kita gampang sekali terpicu,” jelasnya.
Habib Ja’far menekankan generasi milenial perlu mengembangkan kemampuan berpikir kritis agar tidak mudah terpengaruh informasi yang belum tentu benar dan mampu menganalisis situasi dengan lebih baik.
“Dengan demikian, anak muda tidak hanya akan lebih bijak dalam berkomentar, tetapi juga lebih bijaksana dalam mengambil keputusan dalam hidup,” ucapnya.[]
Sumber: nu.or.id
Komentar
Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. Setiap tanggapan komentar di luar tanggung jawab redaksi. Privacy Policy